Mengapa Sam-A Termotivasi Mempertahankan Gelar Juara Dunia Miliknya

Sam-A Gaiyanghadao defeats Wang Junguang at ONE MARK OF GREATNESS

Mantan Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Sam-A Gaiyanghadao dengan berani mengesampingkan prajiads dan mongkon untuk sebuah kesempatan meraih kejayaan dalam disiplin kickboxing.

Hari Jumat, 6 Desember lalu, ia menjalani laga perdananya di dalam disiplin tersebut, namun atlet berusia 36 tahun itu mampu mengalahkan “Golden Boy” Wang Junguang di ajang ONE: MARK OF GREATNESS di dalam Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia untuk merebut gelar Juara Dunia ONE Strawweight Kickboxing yang pertama.

Setelah kemenangannya, ia menjadi Juara Dunia dua disiplin ONE pertama yang memegang sabuk emas dalam dua divisi berbeda.

Diawali dengan pergerakan yang sangat hati-hati, Sam-A menampilkan kemampuan tinju yang luar biasa dan sebuah gaya striking yang lebih aktif di dalam disiplin bela diri yang baru digelutinya ini. Ia mampu menaklukkan serangan awal dari lawannya asal Tiongkok tersebut untuk menemukan ritmenya dan menjatuhkan lawannya.

“Lawan saya itu sangat bagus. Ia adalah lawan yang menakutkan. Ia sangat muda dan haus [kemenangan], dan tidak mau menyerah. Bahkan pada menit terakhir laga itu, ia menyerang saya,” kata legenda Thailand ini.

“Saya masuk ke dalam laga itu dengan mengetahui bahwa saya menghadapi lawan kuat dan [suka bergerak] maju. Rencana saya adalah untuk bergerak sesering mungkin dan berada di luar [jarak serang]. Saya tidak ingin berdekatan dengannya.”

“Tim saya mengatakan di tiap ronde tentang apa yang sedang terjadi, dan bahwa saya masih unggul. Namun, saya masih ingin memastikan hal tersebut, maka saya melakukan lebih banyak di tiap ronde. Memasuki ronde kelima, saya merasa unggul di atas kertas, namun saya juga masih ingin berlaga dan memenangkan ronde itu.”

“Pengalaman Muay Thai saya sangat membantu dalam melalui laga ini. Saya mengikuti game plan saya dan mendengarkan cornermen saya.”

Sam-A memasuki laga ini untuk membuktikan sesuatu – tidak hanya pada para kritikus, namun juga pada dirinya sendiri.

Perwakilan Evolve ini menghabiskan hampir tiga dekade berlaga secara eksklusif dalam disiplin Muay Thai, dan ia termotivasi membawa kemampuannya ke dalam disiplin yang mirip, namun berbeda.



Tidak mudah untuk bertanding di bawah peraturan yang berbeda melawan spesialis kickboxing yang masih muda, haus kemenangan dan berpengalaman seperti “Golden Boy,” terutama dengan pertaruhan sabuk emas.

Namun, pria asal Thailand yang tinggal di Singapura ini bertahan dengan cara yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Juara Dunia sejati.

Terlepas dari kesuksesannya, Sam-A mengakui transisi ini lebih menantang daripada yang ia perkirakan sebelumnya.

“Dalam disiplin Muay Thai, saat anda lelah, terdapat beberapa cara untuk mengalihkannya. Anda dapat sedikit bermain dan bertahan di dalam posisi clinch. Terdapat beberapa trik untuk menghabiskan waktu, seperti melakukan sweeping pada lawan anda. Setelah mereka terjatuh, anda dapat beristirahat sejenak,” jelasnya.

“Dalam kickboxing, anda harus tetap sibuk sepanjang laga – hal ini nonstop. Saya kelelahan, namun saya mengerti bahwa ini adalah pertandingan pertama saya. Dibutuhkan usaha keras untuk mengubah gaya saya, namun saya kira ini adalah penampilan yang layak.”

“Ini hanyalah langkah pertama. Saya harus lebih banyak belajar dan saya ingin berkembang dalam kickboxing, namun saya membuktikan pada diri sendiri bahwa saya mampu melakukan ini.”

Sementara perwakilan Evolve ini sangat nyaman berlaga dalam dua disiplin tersebut, Sam-A mengetahui bahwa ia akan menghadapi tantangan lainnya untuk mempertahankan gelar Juara Dunia ONE Strawweight Kickboxing miliknya itu.

Sam-A Gaiyanghadao defeats Wang Junguang at ONE MARK OF GREATNESS

Awal tahun ini, Sam-A harus merelakan gelar Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai miliknya ke Jonathan “The General” Haggerty setelah lima ronde penuh aksi, dan ia tidak ingin hal itu terjadi lagi.

“Saya menyesali hilangnya gelar Juara Dunia Muay Thai saya. Sekarang, saya ingin mempertahankan sabuk ini selama saya mampu,” katanya.

“Walau saya lebih tua, saya ingin tetap berkembang sebagai seorang seniman bela diri. Terlepas dari apakah itu dalam disiplin Muay Thai atau kickboxing, saya akan siap. Namun, saya ingin mempertahankan gelar ini terlebih dahulu.”

Langkah berikutnya dalam karir legendaris Sam-A akan terlihat beberapa minggu ke depan. Namun, satu hal yang jelas – ia sangat bersyukur menerima kesempatan mencetak sejarah dan meraih mimpinya.

“Saya sangat, sangat harus berterima kasih pada ONE Championship dan Chatri Sityodtong (Chairman dan CEO) untuk kesempatan luar biasa ini,” jelasnya.

“Seluruh atlet memiliki tujuan dalam karir mereka, dan untuk dapat meraih tujuan saya telah menjadikan saya sangat berbahagia.”

Baca Juga: Sam-A Cetak Gelar Juara Dunia Kedua Di ONE Super Series

Selengkapnya di Berita

Tang Kai Thanh Le ONE 166 27 scaled
Tye Ruotolo Magomed Abdulkadirov ONE Fight Night 16 71 scaled
Avatar PK Saenchai Kiamran Nabati ONE Friday Fights 55 31
Ayaka Miura Rayane Bastos ONE DANGAL 1920X1280 5
0164
Kade Ruotolo Tommy Langaker ONE 165 41 scaled
Aung La N Sang Fan Rong ONE Fight Night 10 58
Reinier de Ridder Anatoly Malykhin ONE 166 14 scaled
WeiRui 1200X800
Ekaterina Vandaryeva Martyna Kierczynska ONE Fight Night 20 21
Avatar PK Saenchai Antar Kacem ONE Friday Fights 51 35 scaled
Anatoly Malykhin and Rustam Yunusov 1