‘Saya Jalani Apa Yang Saya Cintai’ – Perjalanan Berat Atlet Heavyweight Sensasional Kang Ji Won Demi Kesuksesan MMA

Kang Ji Won Paul Elliott ONE X 1920X1280 39

“Mighty Warrior” Kang Ji Won akan tersesat tanpa seni bela diri campuran.

Pencetak KO asal Korea Selatan itu – yang kembali melawan pendatang baru tak terkalahkan Ben Tynan di ONE Fight Night 16: Haggerty vs. Andrade – tak pernah memiliki gairah terhadap hal lainnya, dimana ia hanya ingin menjadi atlet profesional.  

Pria berusia 28 tahun itu kini menjalani impiannya saat bersiap untuk tampil dalam laga kelimanya bersama ONE Championship pada jam tayang utama A.S., Jumat, 3 November, atau Sabtu pagi, 4 November waktu Asia, namun perjalanannya memang tak selalu mulus.

Jelang laga berikutnya di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand, simak bagaimana Kang berhasil mengatasi kesulitan yang terjadi saat ia mengejar impiannya untuk menjadi bintang baru dalam divisi heavyweight MMA. 

‘Bidang Akademis Bukan Untuk Saya’

Tak ada yang luar biasa dalam pertumbuhan Kang saat ia masih kecil, yang akan menandai dirinya sebagai atlet kelas dunia pada tahun-tahun berikutnya.

Bertumbuh besar di Pulau Geoje, di pesisir selatan Korea Selatan, “Mighty Warrior” hanyalah anak biasa dengan ukuran tubuh yang dapat menjauhkannya dari permasalahan.

Ia berkata pada onefc.com/id

“Saya memiliki masa kecil yang normal. Saya selalu menjadi anak yang bongsor, dan saya tak pernah memulai perkelahian dengan orang lain, maka saya memiliki masa kecil yang cukup tenang.”

Kang bukanlah pelajar yang rajin dan lebih suka bermain di luar bersama teman-temannya, dimana hanya olahraga yang dapat memberinya motivasi nyata.

Semakin ia berlatih, semakin ia merasakan daya tarik dari cabang atletik – dan itu akhirnya membawa pria ini mendekati karier masa depannya.

“Mighty Warrior” menjelaskan: 

“Saya tak pernah suka belajar di sekolah. Bidang akademis itu bukan untuk saya. Saya suka bermain di luar dan berlari-larian, dimana karena itu saya masuk ke olahraga kami. Saya mulai berlatih di sekolah menengah atas untuk mengurangi berat badan.”

“Saya suka pergi ke warnet untuk bermain game, tapi saya kira latihan dan olahraga itu cocok bagi saya, maka saya lebih condong ke arah itu dan semakin menjalaninya.”

Temukan Panggilannya

Seperti banyak anak lainnya dari Korea Selatan, Kang mempelajari taekwondo saat ia kecil, dimana seni bela diri ini memang tersedia dengan luas di sekolah.

Namun, itu hanya menjadi hobi biasa, dan adalah MMA yang benar-benar menarik perhatiannya saat dirinya berada di sekolah menengah atas. 

Ia berkata:

“Anak-anak Korea mempelajari taekwondo. Saya tidak berbeda. Saya berlatih taekwondo saat kecil, maka itu adalah perkenalan pertama saya pada seni bela diri.”

“Saya memulai seni bela diri campuran pada tahun kedua sekolah menengah atas [di usia 17 atau 18 tahun]. Saya memulai di sini, di sasana saya, Wang Ho Academy.”

Segera setelah “Mighty Warrior” mencoba disiplin menyeluruh yang disebut MMA ini, ia terpincut.

Di sekelilingnya, ia melihat banyak orang yang beralih dari dunia akademis ke pekerjaan di pabrik perakitan kapal lokal, dan itu bukanlah sesuatu yang ia inginkan bagi masa depannya.

Kang mengenang:

“Pulau Geoje itu cukup dikenal secara khusus untuk industri perakitan dan galangan kapal. Saya tahu saya tak ingin menjadi perakit kapal dan selalu menikmati latihan MMA, maka saya langsung terjun berlatih untuk menjadi petarung sepenuh waktu.”

“Saya mulai bertarung di liga amatir pada tahun terakhir sekolah menengah atas, dan bertarung dalam beberapa laga setelah saya menyelesaikan wajib militer.” 

Tak Pernah Melepaskan Impian

Sebesar apa pun Kang mencintai seni bela diri campuran, sulit untuk mencari penghasilan dengan hanya bertahan di sirkuit regional.

Bayaran laga itu sangat rendah, serta dampak mental dan fisik itu sangat tinggi, tetapi ia mengetahui di mana ia ingin berada dan tak membiarkan apa pun menghalanginya – bahkan termasuk orang tuanya.

Pemukul kuat divisi heavyweight ini berkata:

“Sebagai atlet penuh waktu masa depan, saya tak pernah memiliki sumber penghasilan yang bertahan atau konsisten dalam hidup saya. Namun terlepas dari itu, saya menjalani hidup saya dengan kebanggaan dan kepercayaan diri.”

“Saya melakukan banyak pekerjaan paruh waktu [untuk bertahan hidup]. Saya bekerja sebagai pencuci piring di restoran, dan saya menerima dukungan keluarga sementara saya berlatih untuk menjadikan MMA karier penuh waktu saya.”

“Mereka tidak terlalu menyukai atau mendukung itu pada awalnya. Mereka bahkan mencoba membuat saya berhenti bertarung. Mereka tak suka melihat saya disakiti, dan saya tidak dibayar cukup untuk bahkan membayar biaya rumah sakit saat saya cedera atau terluka dalam laga-laga saya.” 

Mungkin ada banyak orang yang akan berhenti di bawah tekanan keluarga dan beban yang dipikul oleh kompetitor profesional di tingkatan rendah, namun sebaliknya, “Mighty Warrior” tetap bertahan. 

Ia menerima kehidupan dengan sedikit uang, sementara dirinya mengejar sesuatu yang sangat dicintainya, mengetahui bahwa kebahagiaannya itu bernilai lebih dari gaji tetap yang stabil.

Kang menawarkan:

“Bahkan jika saya tidak memiliki uang banyak, saya memilih untuk melakukan yang saya cintai. Jika saya menginginkan stabilitas finansial atau konsistensi, saya akan menjadi pegawai harian dengan bekerja di perusahaan di Korea.”

“Itu takkan membuat saya berbahagia. Saya akan mempertanyakan tujuan atau arti hidup saya jika saya menempuh jalur itu.”

“Terlepas dari kemungkinan untuk tidak dapat menerima uang sebanyak itu jika saya menjadi atlet profesional, saya ingin menjalani hidup saya melakukan apa yang saya sangat inginkan. Saya tahu itu akan menjadi pilihan tepat bagi saya, dan saya telah menjalani jalur ini sejak itu.”

‘Hari-Hari Yang Baik Akhirnya Akan Menemukan Anda

Setelah bergabung dengan jajaran MMA profesional pada 2018, Kang segera mencetak nama besar bagi dirinya sendiri sebagai pencetak penyelesaian kuat yang memberi ketegangan luar biasa.

Hal itu memberinya kesempatan memasuki liga besar di ONE Championship, yang membayar iman dan keyakinan yang ia miliki pada dirinya sendiri. Terlebih lagi, ia bahkan membuat kedua orang tuanya mendukung.

Kang berkata: 

“Saya berada dalam tiga kemenangan beruntun, dan pelatih saya berkata bahwa saya mungkin meraih kesempatan berkompetisi di ONE Championship. Saya tahu bahwa ONE Championship adalah liga besar dalam disiplin ini, maka saya senang mendapatkan tawaran itu.”

“Saat saya bergabung di ONE Championship dan mulai mendapatkan lebih banyak uang dan memenangi bonus penampilan saya, [kedua orang tua saya] mulai menunjukkan dukungan mereka.”

Namun, sementara kerja keras Kang dalam mengejar impiannya itu menjadi kekuatan pendorong utama, ia mengakui bahwa dirinya takkan dapat melakukan ini seorang diri. 

Dengan para pendukung yang mempercayai dirinya, ia mampu melewati berbagai momen sulit. Kini, ia dapat menuai hasilnya bersama organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini.

“Mighty Warrior” menambahkan:

“Saya mampu bertahan dalam momen yang sulit dan bergerak maju selama ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa satu hari nanti saya akan berhasil, bahwa hal-hal baik akan terjadi.”

“Saya juga menerima banyak bantuan dari mereka yang paling dekat dengan saya. Berkat merekalah saya dapat mencapai posisi saya saat ini.”

“Jika anda mengelilingi diri anda dengan mereka yang peduli dengan anda dan melakukan yang terbaik dalam apa yang anda ingin lakukan, hari-hari baik itu akhirnya akan menemukan anda.”

Selengkapnya di Fitur

Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50