‘Mentalitas Juara’ – Kenali Lebih Dekat Bintang Muay Thai Asal Maroko Zakaria El Jamari

Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled

Petarung Muay Thai sensasional asal Maroko Zakaria El Jamari terlahir untuk menjadi petarung.

Pada 3 Mei di jam tayang utama A.S., atau 4 Mei pagi di Asia, dalam gelaran ONE Fight Night 22: Sundell vs. Diachkova, ia akan mencetak penampilan keduanya bersama ONE dan mengincar kemenangan perdananya saat melawan Thongpoon PK Saenchai dalam aksi strawweight Muay Thai yang panas.

Sangat dikenal sebagai salah satu petarung berbakat terbaik dari Timur Tengah, bintang berusia 34 tahun ini ingin mencetak gelombang besar jika dirinya dapat melewati petarung favorit Thailand itu saat mereka beradu di arena ikonik Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand.

Sebelum ia kembali ke atas panggung dunia, mari kita lihat lebih dekat lagi perjalanan El Jamari menuju organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini.

Masa Kecil Penuh Perkelahian Jalanan

El Jamari terlahir dan dibesarkan di lingkungan menengah yang penuh pekerja keras bernama Taqaddoum, di ibu kota Maroko, Rabat.

Ia mengenang masa kecil yang keras, ditandai dengan berbagai perkelahian. Petarung berbakat ini berkata pada onefc.com/id:

“Saya dulu sering terlibat dalam perkelahian jalanan dengan anak-anak lain yang akan berkumpul dan membentuk lingkaran, dan dua anak akan saling berkelahi. Lingkungan itu membentuk saya sebagai petarung.”

Sementara lingkungannya mungkin membantu El Jamari muda menjadi seorang petarung seperti saat ini, pertarungan tangan kosong memang mengalir dalam darahnya. Kedua saudara lelakinya – satu kakak dan satu adiknya – berlatih seni bela diri secara ekstensif.

Saudaranya, Mehdi El Jamari, menemukan kesuksesan di tingkatan tinggi dan kini menjadi Juara WBC Muay Thai Internasional.

El Jamari berbicara tentang keluarga petarung miliknya itu:

“Kami adalah keluarga tradisional Maroko yang konservatif. Kami sangat dekat. Kami saling menyayangi. Saudara-saudara saya dan saya berlatih bersama dan membantu satu sama lain.”

“Saya akan berkata bahwa saya paling dekat dengan adik saya, Mehdi, karena kami mulai berlatih bersama, menonton berbagai laga dan film bersama sampai ia pindah ke Spanyol.”

Menemukan Olahraga Tarung

Dengan berbagai perkelahian jalanan yang dialaminya, petarung muda Maroko ini mulai menunjukkan bakat yang nyata untuk pertarungan tangan kosong.

Pengalaman El Jamari di jalanan menarik perhatian seorang pelatih tinju lokal, yang membawanya memasuki sasana dengan kemampuannya berkelahi itu:

“Saat saya berusia 13 tahun, seorang pelatih tinju melihat saya berkelahi dan berkata saya memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang petarung, dan bahwa saya harus mempelajari peraturan untuk bertarung. Saya bergabung dengannya dan belajar cara bertarung di dalam ring.”

El Jamari segera jatuh cinta pada disiplin pukul-memukul itu, dimana ia mencoba kickboxing dan tinju. Tetapi adalah rangkaian film Ong-Bak, yang menampilkan aksi Muay Thai yang sangat mencolok, yang membawanya masuk ke “seni delapan tungkai.”

Setelah hanya dua tahun berlatih, ia berkompetisi dalam Muay Thai untuk pertama kalinya dan mencetak KO pertama yang menjadi awalan bagi berbagai penyelesaian lain dalam kariernya:

“Saya memulai di kickboxing, lalu pindah ke tinju dan akhirnya ke Muay Thai. Saya memilih Muay Thai setelah menonton berbagai laga sebagai bagian dari program TV Thailand, serta kedua bagian dari film Ong-bak.”

“Saya menjalani laga pertama saya di usia 15 tahun. Itu terjadi di Maroko, dan saya memenangi laga itu via KO.”

Mengatasi Kesulitan Besar

Saat ia sepenuhnya terjun ke Muay Thai, El Jamari segera melejit ke puncak peringkat, dimana ia memenangi gelar di Arab dalam Muay Thai dan kickboxing untuk memastikan dirinya sebagai salah satu bintang yang paling cepat melaju di kawasan tersebut.

Namun, saat ia menemukan kesuksesan dalam tingkatan regional dan internasional, petarung muda ini berjuang keras di belakang layar. Saat ia berusia 26 tahun, sebuah tragedi melanda:

“Kesulitan terbesar yang saya alami tiba setelah ayah saya meninggal dunia. Ia bekerja sebagai penjual bahan makanan. Ia meninggal pada 2015.”

Berkabung setelah kehilangan sang ayah, El Jamari menghadapi momen penentu dalam kariernya. Daripada tinggal di Maroko, dimana kesempatan sebagai atlet profesional itu sangat terbatas, ia memutuskan untuk pindah ke Dubai demi mengejar impiannya menjadi petarung Juara Dunia.

Pada akhirnya, perpindahan ke Uni Emirat Arab itu terbayar dan segera melejitkan karier El Jamari ke tingkatan yang baru:

“Saya harus bekerja. Empat bulan setelah meninggalnya ayah saya, saya meninggalkan Maroko dan pergi ke Dubai. Itu di awal 2016. Saya bekerja sebagai pelatih pribadi dan mencari laga. Saya selalu ingin menjadi petarung profesional.”

“Saya selalu berkata pada diri sendiri: Saya bisa menjadi pelatih, tetapi saya adalah juara, tak hanya seorang pelatih. Saya memiliki mentalitas juara.”

“Saat saya mendapatkan kesempatan di Dubai, saya memenangi laga-laga saya. Saya akhirnya menjadi petarung profesional dan memperbaiki kondisi kehidupan saya. Saya tahu saya ada di jalur yang tepat.”

Bangga Sebagai Atlet Maroko

Walau ia mencetak karier dengan mematahkan semua lawannya dengan mudah, tak ada yang dapat dikatakan sebagai hal yang mudah tentang perjalanan El Jamari menuju ONE.

Seperti yang ia jelaskan, Maroko memang kekurangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membangun petarung profesional:

“Petarung asal Maroko harus menjadi sangat sabar. Kami kekurangan sponsor dan dukungan finansial. Saya harus bekerja dan berlatih sendiri. Menjadi profesional itu tak mudah bagi petarung Maroko.”

Terlepas dari seluruh halangan itu, El Jamari berkata bahwa Maroko memang menjadi rumah bagi banyak petarung berbakat.

Untuk berhasil di kelas dunia, petarung asal Maroko harus mengakui bahwa takkan ada yang diberikan dengan mudah bagi mereka; mereka harus mempertahankan disiplin yang sangat ketat dan memiliki dedikasi luar biasa dalam mengasah kemampuan itu.

El Jamari berkata bahwa ini adalah sebuah perjuangan yang sangat sulit, tetapi itu menjadikan dirinya petarung seperti saat ini:

“Maroko memiliki banyak bakat luar biasa. Bertarung ada dalam darah kami. Semua orang menyukai kickboxing, Muay Thai dan semua olahraga tarung. Tetapi, tak mudah untuk mencapainya.”

“Saya harus membagi waktu dan energi saya di antara pekerjaan dan berlatih. Saya akan berlari di pagi hari dan pergi ke sekolah. Lalu, saya harus bekerja.”

“Untuk menjadi petarung profesional, seseorang harus menghadapi kesulitan besar. Tetapi, adalah dalam kondisi yang sulit ini, dan bukan dalam kehidupan yang sangat nyaman, seorang juara akan terlahir. Seorang petarung harus menunggu waktu yang tepat dan mengambil kesempatan itu.”

Selengkapnya di Fitur

Sinsamut Klinmee Dmitry Menshikov ONE Fight Night 22 43
Smilla Sundell Natalia Diachkova ONE Fight Night 22 78
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 16 scaled
Thongpoon PK Saenchai Timur Chuikov ONE Fight Night 19 61 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 32 scaled
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 29 scaled
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 55 scaled
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68