Demi Yulianto Tinggalkan Zona Nyaman Untuk Wujudkan Mimpi

Demi_Yulianto hero 1200x1165 1

Bagi banyak orang, keluar dari zona nyaman mungkin merupakan sebuah tantangan berat. Namun bagi Demi Yulianto, hal itu adalah pengorbanan yang harus ia tempuh demi mewujudkan mimpi masa kecil yang lama ia pendam.

Atlet kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat ini akan menjalani laga debutnya di panggung dunia ONE Championship dalam ajang ONE: WARRIOR’S CODE pada Jumat, 7 Februari di Istora Senayan Jakarta.

Atlet yang mewakili Han Academy tersebut akan berhadapan dengan sesama debutan di “The Home Of Martial Arts,” Antonis “Black Bat Commando” Muyak dalam sebuah laga divisi featherweight.

“Sudah sejak empat tahun lalu saya punya mimpi. Setiap nonton ONE Championship, saya berpikir saya harus berada di sana entah itu jadi atlet, promotor, pelatih atau manager. Alhamdulilah kesampaian jadi atlet,” tutur pria berusia 27 tahun ini.

“Kalau untuk target, sekarang saya [berharap] untuk menang laga debut dulu. Namun dalam hati kecil ada yang ingin saya capai. Karena siapa saya? tidak semua orang bisa dapat kesempatan ini.”

Perjalanan Demi menuju pentas global berawal saat ia masih remaja. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler taekwondo.

Awalnya ia tidak terlalu serius, namun ternyata itu merupakan langkah pertama yang telah mengantarkan Demi menuju pada titik dia berada saat ini.

“Awalnya, cita-citanya hanya ingin jalan-jalan. Karena saya melihat para senior sering keluar kota bahkan pulau untuk bertanding,” ungkap Demi.

“Lama-lama saya tekuni bahkan hingga menginjak masa SMA [Sekolah Menengah Atas]. Setelah itu saya mulai belajar tinju, Muay Thai dan wushu.”



Ada satu alasan lain yang turut mendorong Demi untuk ikut kelas taekwondo – kehadiran wanita yang kini menjadi istrinya.

“Waktu itu, ada juga kisah cinta monyet. Dia senior saya dan sekarang jadi istri saya. Dia yang jadi alasan kenapa saya ikut taekwondo. Saya ingin kenal dan dekat dengan dia,” tuturnya penuh senyuman.

Seiring berjalanya waktu, Demi mulai menyadari bahwa kegiatan yang ia jalani bisa memberinya kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya – mendapatkan pemasukan dari hobi yang ia tekuni.

“Dari situ, saya sering dapat hadiah dan mulai mengerti rasanya memiliki pemasukan sendiri. Ketika masa SMP, dapat Rp 200.000 senang sekali,” ungkapnya.

Seiring bertambahnya jumlah kompetisi yang ia lakoni, jiwa kompetitif Demi mulai tumbuh. Ia mulai merasakan keinginan untuk memberikan prestasi bagi diri pribadi maupun daerah yang ia wakili.

Namun menginjak dewasa, ia harus dihadapkan pada sebuah pilihan – mengejar mimpi dalam dunia bela diri atau mengikuti keinginan orang tua untuk bekerja sebagai karyawan seperti kebanyakan orang lainnya.

“Bagaimanapun, bela diri di Kalimantan tidak sebesar di pulau Jawa dan saat itu banyak atlet yang kurang mendapat perhatian ketika menginjak usia tua. Orang tua sempat menghalang-halangi keinginan saya karena khawatir tidak menjanjikan,” ungkap Demi.

“Orang tua berharap saya menjadi PNS [Pegawai Negeri Sipil], seperti halnya mereka yang bekerja sebagai guru.”

Demi mencoba membuktikan bahwa ia bisa menjalankan keduanya dengan seimbang. Meski tidak mengikuti jejak karier orang tuanya menjadi guru, Demi berhasil mendapatkan pekerjaan tetap sebagai penanggung jawab keamanan di sebuah bank ternama.

Ia pun tetap mengikuti beberapa turnamen bela diri untuk memenuhi panggilan hatinya.

Sampai akhirnya takdir menuntun Demi pada pertemuan dengan Yohan “The Ice Man” Mulia Legowo, pendiri Han Academy, tempat dirinya saat ini bernaung.

Sadar bahwa talenta yang ia miliki membutuhkan dedikasi, Demi memilih untuk berhenti bekerja dan sejenak meninggalkan keluarga untuk berlatih di Solo, Jawa Tengah, tempat Han Academy berada.

“Sebenarnya pekerjaan sudah enak. Tapi latihan bisa berjalan seharian dan ketimbang punya reputasi buruk karena sering bolos kerja, saya memilih untuk mengundurkan diri,” ungkap Demi.

“Mimpi besar tentu membutuhkan pengorbanan besar juga. Pengorbanan saya adalah harus tinggal jauh dari keluarga untuk berlatih. Namun mereka mengerti bahwa yang saya lakukan ini demi keluarga.”

Baca juga: Sunoto Ingin Munculkan Atlet Generasi Baru Dari Blora

Selengkapnya di Fitur

Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 38 scaled