Raih Kesempatan Sekali Seumur Hidup, Josh Tonna Siap Melawan Sam-A

Josh Tonna and Andy Howson battle in Jakarta, Indonesia

Josh “Timebomb” Tonna siap memasuki pertandingan terbesar dalam hidupnya.

Pada hari Jumat, 9 Oktober, kuda hitam asal Australia ini akan menantang Juara Dunia dua disiplin ONE Sam-A Gaiyanghadao demi gelar Juara Dunia ONE Strawweight Muay Thai miliknya di ajang ONE: REIGN OF DYNASTIES.

Walau Tonna baru mendapatkan tawaran perebutan gelar melawan sang legenda yang dominan itu pada akhir Agustus lalu, ia telah bersiap untuk menghadapi momen ini sejak awal tahun 2019.

“Saya memiliki firasat dengan cara saya berlatih ini, suatu hari nanti kesempatan ini akan datang,” pria asal Canberra berusia 32 tahun ini berkata. “Maka, saya telah berlatih lebih dari satu tahun.”

Sementara Tonna akhirnya mendapatkan kesempatan untuk merebut sabuk emas itu, ia sempat mengalami awal yang sulit dalam rangkaian ONE Super Series.

Dalam debut promosionalnya di divisi flyweight pada bulan Juli 2018, “Timebomb” menghadapi sesama pendatang baru Petchdam “The Baby Shark” Petchyindee Academy. Sayangnya, ia menderita kekalahan besar melalui KO pada ronde kedua, yang dikatakannya sebagai salah satu momen terberat dalam kariernya.

Tetapi, atlet Australia ini mencetak kebangkitan kembali dengan kemenangan atas Joseph “The Hurricane” Lasiri di bulan Oktober 2018, namun ia terkalahkan oleh Juara Dunia Karate tak terkalahkan saat itu, Hiroki Akimoto.

Setelah mengalami periode yang sulit seperti itu, Tonna menyadari bahwa ia membutuhkan perubahan besar untuk meraih kesuksesan yang luar biasa. Ia mulai bekerja dengan pelatih strength-and-conditioning baru bernama Steven Bingley, mulai berlatih dengan Kieran Walsh di sasana Muay U, dan berada di lingkaran individu yang sangat bermotivasi dan dapat membangun keyakinan dirinya.



Tonna membawa versi baru dari dirinya sendiri itu saat memasuki laga melawan Yoshihisa “Mad Dog” Morimoto di bulan Juli 2019, dimana ia mendominasi atlet Jepang itu menuju sebuah kemenangan mutlak. Berikutnya, ia turun ke divisi berat badan alaminya pada bulan Februari 2019 dan mencetak KO atas Juara Dunia Muay Thai lima kali Andy “Punisher” Howson dalam laga strawweight mereka.

Kebangkitan pria asal Australia ini dihasilkan dari pada individu yang bekerja bersamanya – dan ia tidak ingin mengecewakan mereka.

“Saya seperti, ‘Wow, saya tidak boleh kalah di hadapan orang-orang ini.’ Itu adalah bagian dari motivasi saya juga,” katanya.

“Saya memiliki pria-pria inspirasional ini di belakang saya, maka saya harus tampil prima. Dan itu bukanlah sebuah tekanan atau apa pun. Saya hanya terinspirasi bahwa saya memiliki orang-orang yang ingin datang dan melihat saya bertanding, dimana orang-orang seperti inilah yang ada di tim pojok saya, maka saya harus tampil prima juga.”

Semua itu membantu atlet Australia ini maju dari posisi kuda hitam menjadi penantang teratas dalam daftar peringkat divisi strawweight ONE Super Series Muay Thai. Ia kini mendapatkan sebuah perebutan gelar Juara Dunia atas usahanya tersebut, namun itu akan berlangsung dengan sebuah kekuatan yang nampak tak terkalahkan.

Jelas bahwa Sam-A telah mendominasi sejak ia berpartisipasi dalam laga Muay Thai pertama dari organisasi ini pada bulan Januari 2018, dimana ia mengalahkan Joseph Lasiri melalui TKO di ronde kedua.

Hal itu membantu terciptanya rangkaian ONE Super Series, dimana atlet Thailand itu telah menjadi seorang bintang teratas. Walau ia tak sebesar atlet lain di divisinya, ia merebut gelar Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai yang pertama dengan mencetak KO atas Sergio “Samurai” Wielzen melalui sebuah serangan siku yang spektakuler hanya empat bulan kemudian.

Namun, saat Sam-A kehilangan sabuk itu pada bulan Mei 2019, ia turun ke divisi strawweight yang baru saja dibuka, dimana ia melanjutkan dominasinya.

Awalnya, ia mencetak KO atas Daren Rolland pada bulan Oktober 2019 sebelum beralih disiplin untuk mengalahkan “Golden Boy” Wang Junguang melalui keputusan mutlak dan meraih gelar Juara Dunia ONE Strawweight Kickboxing perdana.

Akhirnya, ia kembali mencetak sejarah dengan mengalahkan atlet berbakat Australia Rocky Ogden untuk menjadi Juara Dunia ONE Strawweight Muay Thai perdana dan pria pertama yang dapat menyandang dua gelar Juara Dunia ONE dalam disiplin yang berbeda.

Tonna juga telah memperhatikan sepak terjang Sam-A dengan jeli, dimana hal itu termasuk mempelajari karakteristik yang menjadikannya seorang atlet elit.

“Ia mampu menemukan cara untuk segera mengetahui cara mematahkan semua orang. Penempatan waktu dan kemampuannya untuk membaca lawannya [sangat tajam],” kata warga Canberra ini.

“Serta, tendangan dan pukulan cross kirinya sangat berbahaya. Keduanya, bersama dengan teknik tricking, feint dan teep-nya – itu adalah hal tersulit yang harus saya atasi.”

Namun bahkan dengan penempatan waktu Sam-A yang sempurna, arsenal ala southpaw yang kuat, serta kecepatan luar biasa, Tonna meyakini bahwa ia telah menemukan beberapa celah untuk dieksploitasi.

Secara spesifik, atlet Australia ini yakin bahwa ia wajib menciptakan celah, membuat Sam-A kelelahan dan sedikit lebih cerdik untuk mencetak penyelesaian cepat untuk mengakhiri laga seperti diidamkannya.

“Pada awalnya, saya akan menyarangkan tendangan, dan setelah itu mengubah tendangan itu sesekali ke [serangan] lutut. [Saya akan harus] menyembunyikannya sebagai [serangan] lutut,” jelas Tonna.

“Lutut itu akan benar-benar menyakitinya karena ia menurunkan tangannya saat ia melakukan ‘check’, lalu saya akan menendang kepalanya. Itulah akhirnya – saya kira saya akan menendang atau memukulnya dan mencetak KO.”

“Saya rasa saya akan menghentikannya. Itulah rencananya. Saya hanya berlatih untuk menghancurkannya.”

Sebuah penyelesaian mungkin adalah satu-satunya cara Tonna dapat merenggut sabuk emas dari pinggang Sam-A, dimana ia telah memberi waktu dan melakukan usaha yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Pria Australia ini melakukan sesi latihan kekuatan selama tiga kali seminggu, menajamkan teknik Muay Thai miliknya enam hari seminggu, serta berlari secara konstan supaya dirinya dapat berada di kondisi puncak untuk laga utama di ajang tersebut.

Ia berharap bahwa pada akhirnya, seluruh persiapan itu akan memberinya gelar Kejuaraan Dunia ONE Strawweight Muay Thai – sebuah penghargaan yang dapat benar-benar mengubah kehidupannya.

“Terdapat banyak hal yang dapat dihasilkan dari itu, seperti membangun sebuah warisan,” kata Tonna.

“Ada pula hal terkait membangun sasana dimana saya berlatih dan membantu Kieran, dan saya ingin membawa ONE Championship ke Australia. Saya ingin menjadi wajah dari ONE di Australia untuk Muay Thai dan kickboxing, dan saya menginginkan sebuah karier di ONE setelah itu.”

“Saya merasa bahwa terdapat berbagai hal potensial yang dapat dihasilkan dari ini. Laga ini lebih besar dari diri saya, dan banyak orang yang dapat diuntungkan dari ini.”

“Saya mengetahui bagaimana kemampuan Sam-A sangat baik dan hal-hal lainnya, namun saya rasa saat itu menjadi sangat sulit, itu akan bergantung pada siapa yang lebih menginginkannya, dan saya katakan pada anda, saya bersedia untuk mati di dalam arena. Ada terlalu banyak yang dipertaruhkan.”

Baca juga: Sam-A Gaiyanghadao Berencana Cetak KO Atas Josh Tonna

Selengkapnya di Berita

LiamHarrison Seksan 1200X800
MikeyMusumeci KadeRuotolo 1200X800
Hannah Brady Natalia Diachkova ONE Friday Fights 32 40
MasaakiNoiri Champ 1200X800
Hiroki Akimoto Petchtanong Petchfergus ONE163 1920X1280 4
Thongpoon PK Saenchai Timur Chuikov ONE Fight Night 19 41 scaled
Sean Climaco
Ben Tynan Duke Didier ONE Fight Night 21 29
Suriyanlek Por Yenying Tomyamkoong Bhumjaithai ONE Friday Fights 41 23 scaled
Eko Roni Saputra Hu Yong ONE Fight Night 15 28 scaled
Zakaria El Jamari 1200X800
Yamin PK Saenchai Joachim Ouraghi ONE Friday Fights 59 8