Thanh Le Vs. Garry Tonon: 4 Kunci Kemenangan Kejuaraan Dunia Featherweight

Mixed martial arts stars Thanh Le and Garry Tonon

Thanh Le akan menjalani laga pertahanan gelar Juara Dunia ONE Featherweight untuk pertama kalinya, dan lawannya kali ini memang sangat berbeda.

Pencetak KO keturunan Vietnam-Amerika itu akan melawan grappler elite Garry Tonon dalam laga utama ONE: LIGHTS OUT pada Jumat, 11 Maret ini, dengan dua gaya kontras yang akan menciptakan laga yang sangat menarik.

Apakah kemampuan striking luar biasa milik Le akan berjaya, ataukah Tonon, Juara Dunia BJJ berkali-kali, meraih puncak dalam seni bela diri campuran? 

Berikut adalah penjabaran dari beberapa kunci kemenangan terbesar bagi kedua pria ini di Singapore Indoor Stadium.

#1 Thanh Le Kuasai Serangan Jarak Jauh

Thanh Le fights Martin Nguyen at ONE: INSIDE THE MATRIX on Friday, 30 October

Ini jelas akan menjadi pertarungan demi pengendalian jarak, dan kesempatan terbaik Le untuk tetap menjaga keunggulan akan tiba dari pukulan dan tendangan jarak jauhnya.

Sebagai praktisi taekwondo seumur hidupnya, penguasa divisi featherweight ini terbiasa untuk masuk dan keluar dengan footwork lihai. Hal ini akan memberinya ruang untuk beraksi, dan pukulan straight akuratnya dapat tetap menjauhkan lawannya itu.

Perwakilan 50/50 dan MidCity MMA ini sangat sabar saat berada di luar jarak serang lawan, dimana ia gemar menggunakan jab dan cross yang penuh presisi untuk menemukan sasaran. Ia beralih dengan baik antara pukulan dan feint untuk membuka celah dan memaksa rivalnya tetap menebak.

Terkait volume serangan, kedua lengan Le akan menjadi senjata terbesarnya melawan seseorang yang ingin mencengkeramnya, namun tendangannya ke arah tubuh dan kaki lawan juga sangat berguna untuk meredam serangan lawan dan mementahkan terjangan ofensif.

#2 Garry Tonon Harus Mendekat

MMA stars Garry Tonon and Koyomi Matsushima fight at ONE: BIG BANG

Tonon telah menunjukkan perkembangan pesat dalam arsenal stand-up, walau ia cukup cerdas untuk menyadari bahwa beradu serangan melawan striker sekelas Le itu tidaklah bijak. Dengan itu, game plan utamanya adalah untuk menutup arah serangan lawan.

“The Lion Killer” memiliki pertahanan yang cukup untuk dapat berdiri selama beberapa waktu, dan ia mungkin akan dapat menemukan celah saat sang Juara Dunia terlalu jauh menyerang, terutama jika ia menggunakan pergerakan kepalanya untuk menghindari pukulan.

Jika itu terjadi, Tonon dapat mengincar takedown sementara lawannya berusaha membalas serangan.

Ada juga kesempatan untuk mengaitkan dirinya di kaki Le, namun sang penantang akan tetap harus mewaspadai kegemaran spesialis taekwondo itu untuk melanjutkan tendangan dengan pukulan maju jika ia tetap menggenggam kaki lawannya itu.

Yusup Saadulaev menyeret Le ke atas kanvas dengan single-leg takedown, dan itu akan memberi Tonon keyakinan bahwa serangan majunya dapat berdampak sama.

#3 Serangan Balik Keras Thanh Le

Seperti yang kita lihat dalam sebagian besar laga striker-versus-grappler, kunci utamanya adalah pada kemampuan Tonon untuk menutup jarak, walau ia mengetahui betapa berbahayanya melakukan itu – terutama karena Le adalah penyerang balik luar biasa di posisi bertahan.

Jika “The Lion Killer” menjadi frustrasi karena tak dapat menemukan jalur untuk masuk, ia akan lebih banyak menyerang dengan liar, dimana itulah momen favorit dari pemegang gelar berusia 36 tahun ini.

Le dapat menyarangkan straight dan hooks dengan sangat baik saat ia bergerak mundur, dimana dirinya juga memiliki kekuatan pukulan yang sama dari kuda-kuda mana pun – bahkan saat ia menghindari serangan.

Martin Nguyen membuktikan itu saat Le mengenainya dengan pukulan kanan saat ia mundur, yang berakhir dengan sebuah KO keras dan sabuk emas featherweight di tangannya.

Atlet keturunan Vietnam-Amerika ini juga memiliki penempatan waktu sempurna, dimana ia mengenai rahang Saadulaev saat pria Rusia itu berusaha mengincar kakinya. Tonon akan harus mewaspadai tiap bagian tubuh lawannya saat ia menekan maju.

#4 Ancaman Garry Tonon Dari Berbagai Sudut

Satu perbedaan antara Tonon dan grappler lain adalah bahwa ia tak harus mengamankan sebuah takedown bersih untuk menjadi berbahaya. Seluruh koneksi yang ia ciptakan dapat berakhir dalam urutan serangan yang mengakhiri laga.

Jika ia mampu mencengkeram Le dengan cara apa pun, perwakilan Team Renzo Gracie dan Evolve ini akan dengan senang hati masuk ke posisi guard demi membawa laga ke ground – dengan keyakinan bahwa ia mampu mencari posisi lebih unggul atau menyerang dari bawah.

Ia juga sangat cepat dalam scramble, saat rivalnya mencoba melepaskan diri, dan ia lebih cepat meraih keunggulan dan seringkali menyerang dari posisi turtle atau mengincar kendali punggung.

Saat berada di ground, pria asal AS ini tak akan berhenti menyerang, dan kemampuan submission grappling elitenya menempatkan dirinya jauh lebih unggul dibanding siapa pun di atas kanvas – walau Le mungkin akan terselamatkan berkat sesi latihannya bersama ikon submission lain, Ryan Hall, di 50/50.

Tonon menampilkan kemampuannya untuk menyambungkan sebuah penyelesaian itu saat menghadapi Yoshiki Nakahara. Warga New Jersey ini memancing lawannya asal Jepang itu dengan single-leg sebelum menjatuhkan diri untuk mengamankan submission dari kaitan kaki.

Selengkapnya di Berita

Thongpoon PK Saenchai Timur Chuikov ONE Fight Night 19 41 scaled
Sean Climaco
Ben Tynan Duke Didier ONE Fight Night 21 29
Suriyanlek Por Yenying Tomyamkoong Bhumjaithai ONE Friday Fights 41 23 scaled
Eko Roni Saputra Hu Yong ONE Fight Night 15 28 scaled
Zakaria El Jamari 1200X800
Yamin PK Saenchai Joachim Ouraghi ONE Friday Fights 59 8
Yamin JoachimOuraghi 1920X1280
Adrian Lee
Milena Sakumoto Bianca Basilio ONE163 1920X1280 42
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Superlek Kiatmoo9 Rodtang Jitmuangnon ONE Friday Fights 34 55