Perjalanan Reinier De Ridder Dari Belanda Menuju Gerbang Bersejarah

Reinier De Ridder DC 7792

Reinier “The Dutch Knight” De Ridder telah mendobrak divisi middleweight ONE Championship layaknya mesin penghancur yang meratakan tembok.

Kini, pria asal Belanda ini akan menghadapi ujian terbesarnya, Juara Dunia dua divisi ONE Aung La “The Burmese Python” N Sang, dan merebut gelar Juara Dunia ONE Middleweight dalam ajang ONE: INSIDE THE MATRIX di Singapore Indoor Stadium hari Jumat, 30 Oktober ini.

De Ridder akan memasuki laga besar ini dengan rekor sempurna 12-0, tingkat penyelesaian 93 persen yang luar biasa, serta kenyataan bahwa ia telah menghancurkan hampir setiap lawan yang dihadapinya.

Para penggemar seni bela diri mungkin telah sangat familiar dengan “The Dutch Knight” di dalam Circle, namun terdapat berbagai momen di luar kompetisi yang telah membentuk sang penantang gelar Juara Dunia tak terkalahkan ini.

Dasar Yang Kuat

De Ridder adalah anak satu-satunya dari seorang ayah yang berprofesi sebagai pengemudi taksi dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, dimana sebagian besar masa mudanya di Belanda memberinya kenangan positif sampai saat ini.

“Saya adalah pria asli dari Belanda,” kata atlet berusia 30 tahun ini dengan bangga.

“Saya menjalani masa kecil yang sangat manis. Saya bertumbuh dewasa di tempat kecil di sisi luar Tilburg, dan seperti banyak kota di Belanda lainnya, terdapat berbagai kemungkinan yang bagus.”

De Ridder adalah murid yang sangat kuat dalam segi akademis, namun ia tidak menyukai pembelajaran di dalam kelas. Hal itu menjadikannya anak yang sedikit kurang disiplin di sekolah, namun ia mampu memfokuskan energinya ke dalam olahraga atletik.

“Dalam olahraga, saya selalu meraih hasil sangat baik. Saya sangat atletik saat itu,” katanya. “Saya berlatih judo dari usia muda, dan saya selalu bermain sepak bola di lapangan.”

“Saya menyadari bahwa bakat sejati saya berada di kemampuan pembelajaran motorik – jika seseorang menunjukkan sebuah gerakan, saya dapat meniru, memahami dan menggunakannya dengan cepat.”

Kepastian Vs. Kenyataan Seni Bela Diri

Saat De Ridder mulai mempelajari judo pada usianya yang ke-5, ia tidak benar-benar tenggelam dalam dunia bela diri sampai ia menemukan gairah sejatinya dalam olahraga tarung.

“Saya tidak memiliki masa kecil yang keras dan tak pernah harus mempertahankan diri saya di jalanan,” katanya. “Itu hanyalah olahraga yang baik untuk dilakukan. Itu adalah sebuah hobi, sebuah cara yang baik untuk berlatih, serta sesuatu yang benar-benar selalu saya nikmati.”

“Itu tidak pernah berjalan terlalu jauh. Saya memenangkan beberapa gelar regional dalam judo, namun tak ada yang besar. Segala sesuatunya hanya langsung terhubung dengan Brazilian Jiu-Jitsu dan bela diri campuran di fase [kehidupan saya] selanjutnya.”

Sementara BJJ akhirnya membawa pria ini mencapai berbagai tingkatan baru, pertemuan pertama pria asal Belanda ini saat ia berusia 19 tahun tidaklah mengesankan.

De Ridder lalu mencoba beberapa cabang olahraga lainnya, namun saat seorang teman mendorongnya untuk sekali lagi mencoba “the gentle art,” ia menyetujuinya. Dan ini adalah pengalaman yang menjadi titik balik dalam kehidupannya.

“Saya pindah ke Breda untuk kuliah dan mencari klub judo lain dimana saya dapat berlatih. Saya tak dapat menemukannya, namun saya mendengar sebuah olahraga yang bernama BJJ dan ingin mencoba,” katanya.

“Saya tidak terlalu terkesan dengan itu pada awalnya. Saya beranjak ke atas matras dan menangani semua pria itu, dan sang guru tidak ingin melakukan roll dengan saya karena melihat saya menyulitkan para praktisi lainnya.”

“Saya kira, ‘Ini bukanlah untuk saya, ini terlalu mudah.’ Saya ingin mencari sesuatu yang lain, maka saya bermain rugby dan mencari sebuah klub judo lainnya. Namun, saat masa magang saya, pria yang bekerja bersama saya memberitahu tentang sebuah sasana lain untuk berlatih.”

“Saya pergi ke sana untuk pertama kalinya, dan itu sangat luar biasa. Saya melakukan roll dengan pria-pria yang lebih kecil, dan semuanya membuat saya tap-out. Saya pastinya pulang dengan ego yang jauh lebih kecil, namun memiliki tujuan baru dalam hidup.”



Berjuang Seorang Diri

Reinier De Ridder defeats Leandro Ataides ONE WARRIORS CODE DC 2132.jpg

Walau masa kecilnya cukup damai, De Ridder yang berusia 14 tahun mengalami perubahan luar biasa saat kedua orang tuanya bercerai.

Baik ayah dan ibunya melakukan yang terbaik untuk berbagi tugas mereka sebagai orang tua, tetapi ini hanya menjadi sebuah ketidakstabilan pada waktu penting dalam masa remajanya.

“Saya tinggal [bergiliran] dengan mereka berdua setiap dua minggu. Itu tidak bagus bagi saya,” katanya.

“Itu membuat saya gila. Memindahkan barang-barang saya setiap kali [pindah] itu tidak enak. Tak ada konsistensi. Saya membutuhkan stabilitas, dan saya tidak benar-benar ada di sana.”

Saat De Ridder memiliki kesempatan untuk pindah ke kota yang lebih besar, Breda, untuk melanjutkan studinya, ia segera berangkat dan memulai perjalanannya sendiri.

“Saya hanya ingin merawat diri saya sendiri. Saya meninggalkan rumah pada usia ke-18, dan itu sangat bagus bagi saya,” katanya.

“Itu memberi saya kesempatan untuk menemukan diri saya dan berlatih sebanyak yang saya inginkan. Lagipula, saya sudah cukup mandiri, maka tinggal sendiri memang benar-benar membantu saya.”

Kemandirian Yang Terbayar

Holland's Reinier De Ridder makes his walk to the ring in his gi

De Ridder berkembang pesat di Breda dan tetap tinggal di kota tersebut saat ia membangun jalurnya sendiri sebagai seorang atlet, pemilik sasana dan terapis fisik. Sementara itu, ia mencetak debut bela diri campuran profesional pada tahun 2013 dan tak pernah lagi melihat ke belakang.

“Ya, beberapa laga awal itu sangat tak masuk akal,” katanya.

“Saya sangat gugup sebelum laga pertama, namun saat wasit mengatakan ‘mulai’, sesuatu beralih. Saya terpicu. Saya melupakan segala sesuatu tentang striking, dan hanya berlari ke arah pria itu, menggenggamnya, serta mengunci lehernya sampai selesai.”

“Itu adalah dorongan terbesar yang pernah saya rasakan. Untuk berada di dalam sana dan membiarkan kemampuan anda beraksi itu sangat tak masuk akal.”

Seiring berjalannya waktu, pengalaman kompetisi judo dan BJJ yang dimiliki perwakilan Combat Brothers ini membantunya menguasai segala emosi yang ada.

Keyakinannya bertumbuh saat ia meraih berbagai kemenangan dalam perjalanannya melawan jajaran rival kuat di tanah kelahirannya. Sepanjang itu, ia dua kali menjadi Juara Bela Diri Campuran Europa.

Sebuah kemenangan terakhir di Afrika Selatan memberi “The Dutch Knight” rekor tak terkalahkan 9-0 dengan tingkat penyelesaian 100 persen, yang membawanya ke “The Home Of Martial Arts.”

Karier Luar Biasa Di ONE Championship

Renier De Ridder celebrates his debut win with the ring girls

De Ridder mencetak debut promosionalnya pada bulan Januari 2019 di ajang ONE: HERO’S ASCENT, dimana ia mengunci leher Fan Rong sampai selesai dalam waktu kurang dari dua menit.

Setelah penampilan perdana yang luar biasa bersama ONE, ia menghadapi Gilberto “Giba” Galvao pada ajang ONE: LEGENDARY QUEST lima bulan kemudian.

“The Dutch Knight” membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan striking yang dapat melengkapi permainan submission miliknya saat menghentikan atlet Brasil itu pada ronde kedua dengan lututnya.

Lalu, pada penampilan terbarunya bulan Februari lalu, De Ridder mencapai akhir dari tiga ronde saat menghadapi Leandro “Wolf” Ataides di ajang ONE: WARRIOR’S CODE, merebut kemenangan mutlak, serta mengamankan kesempatan menantang Aung La N Sang demi gelar Juara Dunia ONE Middleweight.

Sementara De Ridder berencara menyeret “The Burmese Python” ke ground dan menang dengan submission, laga melawan sang penguasa dua divisi ini akan menjadi tantangan terberat bagi kariernya.

Dan jika ia unggul dari pria yang berhadapan dengannya itu – terutama dengan sebuah penyelesaian lain – pria asal Belanda ini mungkin saja dapat memastikan posisinya sebagai bintang middleweight paling dominan dalam sejarah ONE Championship.

Baca juga: Aung La N Sang Katakan De Ridder Akan Hadapi Kejutan Besar

Selengkapnya di Fitur

Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled