Martin Nguyen Tambah ‘Arsenal Baru’ Jelang Tahun 2022

Kim Jae Woon Martin Nguyen Revolution 1920X1280 2

Tahun 2021 jelas penuh tantangan bagi mantan Juara Dunia ONE Featherweight Martin “The Situ-Asian” Nguyen.

Pertama, laga antara atlet Vietnam-Australia ini melawan “The Fighting God” Kim Jae Woong tertunda berkali-kali karena protokol kesehatan dan keamanan.

Lalu, pada ajang ONE: REVOLUTION di bulan September, atlet Korea Selatan itu mengejutkan Nguyen dengan satu pukulan pendek balasan dari tangan kanannya ke arah rahang, yang menjatuhkan “The Situ-Asian” dan memberinya kekalahan KO kedua beruntun.

Dalam prosesnya, Kim merebut peringkat teratas divisinya dan membawa Nguyen ke peringkat ketiga.

Itu menjadi pukulan keras bagi mantan pemegang gelar itu, yang berada selangkah lebih jauh dari potensi laga ulang melawan penguasa divisi featherweight Thanh Le. Namun, pria keturunan Vietnam-Australia itu melihatnya sebagai sinyal untuk mengasah permainannya sebelum ia kembali lebih kuat pada tahun 2022.

Pada wawancara spesial ini, Nguyen berbicara tentang kekalahan tersebut, bagaimana ia akan membalikkan segala sesuatu, dan rencananya untuk tampil kembali. Selain itu, ia juga berbagi pemikirannya tentang kesempatan Kim di laga Kejuaraan Dunia ONE Featherweight mendatang.

Martin Nguyen enters the Singapore Indoor Stadium

ONE Championship: Saat anda terakhir kali berlaga di dalam Circle, anda terkena KO oleh Kim Jae Woong – dan itulah pertama kalinya anda merasakan kekalahan beruntun. Apa yang salah dalam laga itu?

Martin Nguyen: Saya merasa bahwa kekalahan kedua melawan Kim Jae Woong seperti membangunkan saya, tapi tidak pada fakta bahwa saya harus dibangunkan – itu hanya fakta bahwa saya harus menjadi lebih baik.

Jangan salah, saya tak memiliki alasan. Saya menerima kekalahan itu layaknya seorang pria, namun sampai saya terkena satu pukulan itu, saya memenangkan laga. Itu hanya sebuah jeda untuk mengincar serangan itu pada saat yang tepat. Saya mungkin dapat bertarung lebih cerdas dan lebih banyak memadukannya.

Terdapat beberapa opsi, namun saya membiarkan ego saya menguasai sekali lagi. Saya mendaratkan beberapa jab dan saya merasa yakin, dan saya seperti, ‘Anda tahu? Saya dapat melakukan ini.’ Dan jelas, lawan saya mempelajari saya selama itu. Ia hanya membacanya, memiliki penempatan waktu sempurna dan menangkap saya.

Yang dibutuhkan dalam olahraga tanpa ampun ini adalah satu pukulan, dan saya pernah berada di sana. Saya pernah merasakan berada dalam sisinya, semua itu juga memang luar biasa saat itu. Maka, saya angkat topi untuk dirinya, respek bagi dirinya. Saya menerima kekalahan ini sebagai seorang pria.

Saya pulang, kembali berlatih dan menjadi lebih baik.

ONE: Jadi, apakah yang ingin anda kembangkan, dan siapa yang berlatih bersama anda?

MN: Saya banyak melakukan jiu-jitsu hanya untuk mempertajam permainan ground saya di Cabra Kai dan banyak bertinju dengan Nedal “Skinny” Hussein, yang adalah juara ‘underground’. Ia mencetak KO [Manny] Pacquiao dengan jabnya dalam hitungan 13 detik, dan tak ada yang mengetahui itu. Anda dapat melihatnya di YouTube. 

Saya masih berlatih bersama Chrysler [De Castro] juga, pelatih saya untuk kickboxing dan tinju. Saya masih menjalani program strength-and-conditioning dari Sanford, namun secara keseluruhan saya memiliki rekan berlatih yang luar biasa, mereka yang berlatih satu disiplin seumur hidup mereka, dan saya yang berusaha masuk ke sana.

Ini seperti saya yang akan memasuki laga. Saya gugup dan canggung tiap kali melakukan ‘roll’ dengan seseorang yang belum pernah melakukan sparing bersama, dan itulah yang harus saya biasakan juga.

Jadi, memadukan [latihan] dengan beberapa orang yang saya belum pernah temui – baik dari Juara Australia, baik pemegang sabuk hitam atau coklat jiu-jitsu, atau mereka dalam berbagai kaliber dan gaya yang berbeda untuk saya biasakan.

Saya harus beradaptasi dengan itu dan bergerak maju – bahkan mereka yang berada di bawah radar, terutama di Australia, tetapi juga mereka yang telah berlatih dengan gaya mereka untuk sekian lama.

Jadi, anda berusaha bergerak, dan ada sesuatu yang baru yang mereka gunakan untuk menyerang anda, seperti, ‘Oh man, saya tak pernah melihat itu.’ Dan itulah keindahannya, untuk mempelajari jenis pergerakan itu dan melatih tubuh anda untuk tidak berada dalam posisi itu lagi.

ONE: Bagaimana anda membandingkan latihan di Sanford MMA dengan latihan anda di Australia?

MN: Sanford adalah salah satu tim terbaik dimana saya berlatih, titik. Saat berada di sana, saya merasa seperti itu adalah delapan minggu yang pendek untuk menerima segala sesuatunya – dan itu bukanlah saya mempelajari sesuatu, tetapi lebih kepada mengasah diri untuk sebuah laga.

Sementara, saat saya berada di Australia, saya harus belajar. Saya harus menambahkan arsenal baru, menyingkirkan yang tak berguna, memperbaiki apa pun yang kurang, dan beranjak dari situ. Saat saya berada di Australia, saya memiliki waktu, tak ada perasaan terburu-buru.

Maka, dengan itu, saya merasa ini adalah berkah yang tersembunyi, untuk mendapatkan pelatih jiu-jitsu, pelatih striking dan atlet striking tingkat tinggi yang datang dari Australia dan berada di ‘underground’.

Dan, hanya mempelajari sebanyak mungkin dari mereka, mengasah kemampuan saya, sparring, menerapkan [kemampuan saya] untuk melihat apakah itu berhasil atau tidak, apa yang harus saya perbaiki, lalu memulai dari sana.

ONE: Kapan anda ingin kembali ke dalam Circle?

MN: Sekitar bulan Maret, setelah ulang tahun saya.

Saya tak terlalu terburu-buru untuk kembali di [sana] untuk membuktikan diri saya. Saat ini, saya hanya mencoba menjadi lebih baik dan mempelajari hal-hal baru supaya saya dapat kembali dengan seperangkat kemampuan baru dan tak hanya kembali untuk sekadar kembali. 

Saya memiliki beban finansial dimana saya harus segera kembali sekarang. Saya hanya harus menjadi lebih baik, menulis kembali isi dari gaya bertarung yang ada dalam kepala saya dan melatihnya, tetapi berlatih dan memperbaiki kekurangan yang ada.

Lalu, jika saatnya bertarung, saya akan tahu kapan waktunya bertarung, namun ini takkan secepat itu.

MMA fighter Martin Nguyen wears the Jeet Kune Do shirt from the ONE X Bruce Lee Collection from ONE.SHOP!

ONE: Seperti yang kita ketahui, Thanh Le akan mempertahankan gelar Juara Dunia ONE Featherweight melawan Garry Tonon berikutnya. Siapakah yang akan memenangkan laga itu, dan bagaimana kesempatan Kim jika ia berlaga melawan salah satu dari mereka?

MN: Jika saya harus memilih, saya akan memilih sang juara Thanh, hanya berdasarkan pengalaman saya. 

Say atak melihat [Kim] mengalahkan siapa pun dari mereka, sejujurnya. Garry akan menyeretnya ke bawah – sesuatu yang seharusnya saya lakukan – dan meraih submission. Saya melihat bahwa Thanh Le bergerak dan membuatnya frustrasi seperti yang ia lakukan pada saya, mematahkannya satu per satu.

Namun, sejujurnya, saya tak terlalu peduli. Seluruh divisi itu ada di sana, semua orang akan melihat saat saya kembali ke sisi pemenang.

ONE: Apakah anda berpikir untuk turun ke divisi bantamweight?

MN: [Itu] pernah terbersit dalam pikiran saya, namun saya tak akan turun ke bantamweight sampai saya meraih kemenangan dalam divisi featherweight. Semua itu tak ada dalam pikiran saya kecuali meraih kemenangan dalam divisi featherweight, maka mereka berada di barisan belakang saat ini.

Jika saya memenangkan laga terakhir itu melawan Kim Jae Woong, ini akan menjadi kisah yang berbeda karena jelas bahwa Thanh akan melawan Garry demi gelar itu. Jika saya ingin tetap sibuk, saya akan turun [divisi].

Namun saat ini, saya terpaksa tinggal di divisi ini – atas keinginan sendiri – demi meraih kemenangan, kembali ke jalur kemenangan, dan kembali menaiki tangga [peringkat].

Baca juga: Joshua Pacio Abaikan Tekanan 2021, Harapkan Tahun 2022 Yang Hebat

Selengkapnya di Berita

Suriyanlek Rittidet 1920X1280
WeiRui 1200X800
LiamHarrison Seksan 1200X800
MikeyMusumeci KadeRuotolo 1200X800
Hannah Brady Natalia Diachkova ONE Friday Fights 32 40
MasaakiNoiri Champ 1200X800
Hiroki Akimoto Petchtanong Petchfergus ONE163 1920X1280 4
Thongpoon PK Saenchai Timur Chuikov ONE Fight Night 19 41 scaled
Sean Climaco
Ben Tynan Duke Didier ONE Fight Night 21 29
Suriyanlek Por Yenying Tomyamkoong Bhumjaithai ONE Friday Fights 41 23 scaled
Eko Roni Saputra Hu Yong ONE Fight Night 15 28 scaled