Warisan Yang Berlanjut: Eduard Folayang Ungkap Alasan Perpindahan Dari Team Lakay Ke Lions Nation MMA

EduardFolayang Walking To Circle 1200X800

Skena seni bela diri campuran Filipina mengalami guncangan hebat saat mantan Juara Dunia ONE Lightweight MMA Eduard Folayang tiba-tiba berpisah dengan Team Lakay pada Maret lalu.

Lagipula, Folayang adalah sosok yang menempatkan sasana di Cordillera ini ke permukaan, dimana kedua sisi ini akan sepenuhnya terlibat dan terhubung dalam sejarah MMA.

Pada 30 September, “Landslide” akan menandai awal dari era baru saat ia kembali melawan rival lamanya Amir Khan di ONE Fight Night 14: Stamp vs. Ham. Ini adalah pertama kalinya ia memasuki Circle ONE tanpa mengenakan celana merah terang kebanggaan Team Lakay.

Sebelum legenda Filipina ini memasuki Singapore Indoor Stadium di jam tayang utama A.S., ia tak ingin membawa beban lagi dan melihat kembali berbagai hal yang berujung pada “bedol desa Team Lakay” itu.

Seluruh Hal Yang Bagus Harus Berakhir

Semua mata memang tertuju pada Folayang saat ia memasuki Mall of Asia Arena di Manila untuk aksinya di arena tuan rumah pada ONE Fight Night 5, Desember 2022 lalu.

Namun, ikon Filipina itu menderita kekalahan TKO yang sangat berat di tangan Edson Marques. Itu adalah kekalahan kelimanya berturut-turut – perjalanan terburuk dalam kariernya – dan Folayang segera mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan Team Lakay setelah “berintrospeksi diri.”

Eduard Folayang makes his way to the Circle at ONE on Prime Video 5

Pilihan itu memang jelas tidak mudah, terutama karena “Landslide” menganggap Team Lakay sebagai rumah keduanya selama hampir dua dekade lamanya.

Pada saat yang sama, ikon berusia 39 tahun ini merasa segala sesuatunya itu sudah cukup. Ia butuh awalan baru, yang hanya dapat dicapainya melalui perubahan lingkungan.

Folayang berkata pada onefc.com/id:

“Saya kira ini adalah waktu terbaik bagi saya [untuk terus berjalan]. Baik jika saya suka atau tidak, saya [hanya] akan memiliki beberapa tahun tersisa untuk bertarung dalam olahraga ini. Saya harus keluar dari zona nyaman saya.”

“Itu sangat berisiko untuk dilakukan, tapi itu akan menjadi untuk kemajuan saya, bagi saya untuk bertumbuh. Inilah waktunya bagi saya untuk berada di lingkungan yang lain demi melepas potensi apa pun yang saya masih miliki sebelum karier itu usai.”

Sementara alasan Folayang nampak sangat lugas, jelas bahwa ada lebih banyak hal yang terjadi selain apa yang nampak di permukaan.

Penggemar dan pengamat mulai berpikir tentang celah yang mungkin ada dalam hubungan antara Folayang dan pelatih kepala Team Lakay Mark Sangiao.

Namun di sisinya, mantan penguasa lightweight MMA ini berkata tak ada perselisihan antara dirinya dan mantan mentornya itu:

“Saya kira kami masih baik-baik saja saat itu. Tentu, kami memiliki kisah berbeda untuk diceritakan. Saya terfokus pada laga [kontra Edson Marques], dan itu tak berjalan dengan baik. Itulah yang terjadi. Namun perselisihan dengan Coach Mark Sangiao bukanlah isu pada saat ini.”

“Keadaan ini sunyi [antara kami berdua] karena kami terfokus pada usaha kami sendiri sekarang. Saya tak melihat banyak dari aktivitas mereka, tapi kita masih pada tempat yang sama. Tak ada isu yang harus diangkat tentang hubungan kami sekarang.”

Persaudaraan Itu Sangat Mendalam

Setelah itu, Folayang pun melebarkan sayapnya dan pergi ke beberapa sasana di Amerika Serikat dengan mantan Juara Dunia ONE Strawweight MMA dan rekan satu timnya di Team Lakay Joshua Pacio.

Namun, walau daya tarik untuk tinggal di luar ini sangat besar, spesialis wushu ini menyimpulkan bahwa ia akan jauh lebih aman jika mengurus dirinya sendiri.

Eduard Folayang watches Joshua Pacio and Danny Kingad spar

Pegunungan Cordillera itu akan selalu menjadi rumah bagi Folayang, dimana ia memilih untuk mengambil pelajaran dari perjalanannya di luar negeri itu dan membawanya pulang ke provinsi tersebut dengan tujuan menemukan jati diri baru bagi dirinya dan rekan-rekannya.

Berdasarkan pemikiran itu, ia mengumumkan pendirian dari sasana miliknya sendiri, Lions Nation MMA, yang juga menjadi rumah bagi sesama rekan satu tim dan mantan Juara Dunia ONE: Pacio, Kevin Belingon dan Honorio Banario, serta bintang baru Jeremy Pacatiw dan Jenelyn Olsim.

“Landslide” menjelaskan keputusannya untuk membuka sasana baru itu di tanah kelahirannya:

“Saya kira itu untuk membuat seni bela diri campuran Filipina lebih baik lagi, dengan memiliki tim di sini [daripada di luar negeri]. Saya dapat melihat banyak bakat yang perlahan naik, dan jika kami dapat memiliki beberapa tim atau cara dimana mereka dapat dikembangkan, itu akan lebih baik.” 

Sementara ia sangat bersemangat untuk berlatih bersama wajah-wajah yang familiar, pria asal Baguio ini membenci naratif bahwa ia “mencuri” rekan-rekannya di Team Lakay dan membawa mereka bergabung dengan tim baru ini.

Sebaliknya, ia berkata bahwa semua atlet itu mengambil keputusan sendiri untuk bergabung dengan rekan berlatih mereka di sasana Lions Nation MMA ini:

“Itu adalah keputusan mereka untuk bergabung bersama kami, dan mungkin, mereka merasakan persaudaraan yang kami miliki sebelumnya. Maka, apa yang dapat kami lakukan selain menerima fakta bahwa mereka mengambil pilihan mereka sendiri?”

“Saya tak menginginkan isu yang saya dengar, tentang memgambil semua rekan satu tim yang saya miliki sebelumnya. Sasana ini terbuka. Siapa pun yang ingin berkunjung dan berlatih bersama kami, kami sangat terbuka untuk mengakomodasi mereka.”

Kelahiran Kembali Dengan Lions Nation MMA

Setelah memulai sasananya sendiri, yang pertama dilakukan Folayang adalah menemukan nama yang sesuai dan layak bagi aliansi baru ini.

Dan, fakta bahwa “The Lion’s Head” adalah salah satu lokasi paling terkenal di Baguio, itu menjadi pemanis belaka. Folayang berkata:

“Saat saya berada di A.S. dengan Joshua Pacio, kami sedang berlari, dan kami berbicara tentang apa yang akan menjadi nama dari tim kami.”

“Kata singa itu muncul, maka kami memutuskan menamainya Lions Nation karena kami bertarung seperti singa. Kami memiliki hati [dan semangat] untuk bertarung seperti singa.”

Perjalanan ke Amerika Utara itu juga membuka mata Folayang ke dunia bela diri campuran yang sepenuhnya sangat baru.

Ia berlatih dengan pelatih terkenal seperti Greg Jackson dan Mike Winkeljohn di Jackson Wink MMA Academy, Albuquerque, New Mexico, dan mendapatkan beberapa sesi dengan legenda MMA Cris Cyborg dalam sasana pribadinya di Huntington Beach, California, di antara yang lain.

Folayang mengenang:

“Terdapat banyak pendekatan yang mereka lakukan [di sana] dalam disiplin ini. Itu selalu berbeda karena kami memiliki gaya hidup yang berbeda di sini.”

Terlepas dari perubahan itu, masih ada sesuatu yang familiar bagi Lions Nation MMA saat mereka kembali ke sasana lama Team Lakay di La Trinidad.

Tetap saja, di usia dimana kebanyakan petarung sudah menempatkan akar mereka, Folayang mengaku masih memiliki perasaan campur aduk tentang ketidakpastian yang tiba dari pergerakan besar dalam kariernya ini:

“Itu menakutkan dan menarik. Ada banyak hal yang menyakitkan karena ini seperti memulai dari nol lagi. Beruntung, kontrak sasana lama [Team Lakay] itu selesai. Maka kami memiliki jalur untuk memperbaharui kontrak itu, menggunakannya sebagai fasilitas dimana kami dapat berlatih.”

“Saya kira hal itu adalah adanya sisi kegembiraan dan adanya rasa takut. Namun pada akhirnya, kita semua senang karena itu adalah jalan bagi kami untuk tetap bertumbuh.”

Berada Di Saat Ini Dan Bersiap Untuk Masa Depan

Dengan hanya beberapa bulan sebelum ia beralih ke usia 40 tahun, Folayang sangat menyadari bahwa ia berada di tahapan penutup karier gemilangnya dalam olahraga tarung ini.

Sementara pionir MMA Filipina itu ingin membuktikan dirinya masih memiliki semangat yang tersisa, ia juga mulai melihat apa yang menjadi warisannya nanti.

Sebagai pemimpin tanpa pamrih, Folayang ingin diingat tak hanya sebagai sosok yang membuka pintu bagi banyak orang – namun juga membimbing generasi yang baru.

Ia berkata:

“Ini tentang memberi dampak pada orang lain untuk melakukan hal yang sama. [Tentang] apakah kami dapat mempengaruhi satu orang saja yang dapat mencapai tingkat internasional dan menjadi juara satu hari nanti.”

“Itu akan menjadi sesuatu jika saya dapat meloloskan atau menjadi mentor beberapa petarung yang dapat mengikuti jalur saya dan membuat perbedaan.”

Saat ini, Folayang ingin melanjutkan perjalanan itu dan akan keluar dari semua itu saat waktunya tiba untuk menggantung sarung tinjunya.

Ia menambahkan:

“Ada banyak [keraguan] saat ini, terutama karena saya berada dalam rangkaian kekalahan. Semua orang berkata, ‘Oh, dia sudah selesai’.”

“Saya tak berkutat pada kegagalan dan kesuksesan masa lalu. Apa yang saya ingin fokuskan adalah saat ini dan hal-hal yang masih dapat saya lakukan.”

Selengkapnya di Fitur

Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50