Kisah Perubahan Hidup Adrian Mattheis Sejak Bergabung Di ONE

Indonesian mixed martial artist Adrian Mattheis heads to the Circle

Berawal dari keluarga petani sederhana, bintang strawweight asal Indonesia Adrian “Papua Badboy” Mattheis menjalani transformasi besar setelah memasuki “The Home of Martial Arts.”

Jelang ulang tahun ONE Championship ke-10, tak sedikit kisah menarik yang terjadi di bawah organisasi bela diri terbesar di dunia ini. Kisah Adrian merupakan salah satu dari sekian banyak kesuksesan atlet yang bernaung di bawah ONE.

Terlahir di Ternate, Maluku Utara, saat itu Adrian mungkin tidak membayangkan seberapa jauh ia akan melangkah sebagai seorang atlet bela diri campuran. Kala itu, ia hanyalah seorang anak kecil biasa dari keluarga sederhana.

Di usianya yang masih sangat kecil, ia terpaksa pindah ke Sorong akibat Konflik Ambon yang mendera pada era 1990-an.

Saat remaja, cobaan seakan tak reda menghampiri Adrian. Di sekolah ia kerap mengalami perundungan dari senior, yang sekaligus menjadi awal ketertarikannya untuk mempelajari seni bela diri. Hal itu menjadi modal besar untuk menjaga diri dan melawan para perundungnya.

Hanya, seperti rumus alam dari seorang juara, cobaan demi cobaan malah semakin menempa kualitas Adrian.

Tetapi, nasib jugalah yang mempertemukan dirinya Zuli Silawanto, pelatihnya di sasana Tigershark Fighting Academy sampai saat ini.

Di bawah bimbingan pelatih Zuli, Adrian mulai mengibarkan namanya di panggung MMA lokal – sebelum akhirnya bergabung dengan ONE Championship lima tahun silam.

Melihat ke belakang, Adrian mengaku bersyukur dan berterima kasih atas andil ONE, yang disebutnya mengubah seluruh kehidupannya.

“Mungkin saya mewakili seluruh teman-teman, bahwa kami sangat berterima kasih kepada ONE Championship yang sudah mengangkat kami, dari kami tidak dikenal oleh banyak orang, sampai sekarang kami menjadi terkenal,” jelas Adrian.



“Kami dijadikan panutan. Terima kasih banyak ONE Championship.”

“Terima kasih sudah menjadikan kami sosok yang banyak menginspirasi orang lain.”

Tentu, sebagai salah satu representasi Indonesia di ONE, Adrian merasa sangat bangga. Selain mewakili Sang Saka Merah Putih di pentas dunia, ia juga mampu menginspirasi banyak orang lewat prestasinya. Pun, dirinya tetap rendah hati dan hanya ingin memberi kebanggaan bagi bangsa ini.

Dengan torehan sejumlah kemenangan di panggung dunia, Adrian memiliki harapan untuk rumah kedua yang telah menaungi kariernya.

“Di umur [ONE] yang ke-10 ini, harapan Adrian bahwa minimal di setiap ajang, ada atlet Indonesia yang dapat tampil,” tegas Adrian, yang telah mencatat rekor profesional 10-6.

“Karena, kami juga ingin berjuang untuk Indonesia. Kami ingin memberi tahu pada semua orang di luar Indonesia, bahwa banyak atlet Indonesia juga yang mampu berjuang di kancah internasional.”

Oleh karena itu, ia pun mengaku tidak sabar untuk dapat kembali bertanding, meraih kemenangan berikutnya dan mengibarkan bendera Merah Putih di panggung dunia.

“Saya sangat menunggu sekali [untuk kembali berlaga],” pungkasnya.

Baca juga: Eko Roni Saputra Cetak Rekor, KO Liu Peng Shuai Dalam 10 Detik

Selengkapnya di Fitur

Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50