Christian Lee Inginkan Laga-Laga Terbesar Dalam Dua Divisi

Christian Lee ASH_4568

Christian “The Warrior” Lee memang baru saja memenangkan gelar Juara Dunia ONE Lightweight, namun ia ingin mencapai lebih banyak lagi sebelum tahun ini berakhir.

Superstar Singapura ini mengejutkan dunia di ajang ONE: ENTER THE DRAGON saat ia melengserkan Shinya “Tobikan Judan” Aoki dengan sebuah KO mengejutkan untuk meraih sabuk emas dan menjadi pria termuda yang menjadi Juara Dunia dalam sejarah bela diri campuran.

Walau Lee – yang naik satu divisi untuk menghadapi sang legenda asal Jepang itu – sama sekali tidak diunggulkan dan sempat berada dalam posisi yang sangat berbahaya saat terkena kuncian armbar, pria berusia 20 tahun ini mampu melepaskan diri dan kembali menyerang dengan hujan pukulan untuk mengakhiri laga dalam waktu kurang dari satu menit pada ronde kedua.

Kini, “The Warrior” memiliki sabuk yang terlingkar di pinggangnya, dan ia pun tidak ingin duduk bersantai dan menikmati kejayaannya itu. Seperti yang dijelaskannya, ia ingin sesegera mungkin kembali ke dalam Circle ONE Championship untuk melawan atlet-atlet kuat di “The Home Of Martial Arts.”

ONE: Dapatkah anda jelaskan emosi anda saat menjadi Juara Dunia?

Christian Lee: Itu adalah pengalaman yang surealis. Sabuk itu telah menjadi mimpi saya selama beberapa waktu. Saat mereka menyematkan sabuk itu di pundak saya, itu sangat luar biasa.

Saya dapat melihat momen itu dengan sangat jelas – saya dapat mendengar sang penyiar, saya dapat melihat lampu-lampu. Saya jelas tak akan melupakan pengalaman itu.

Christian Lee DC 9465.jpg

ONE: Apakah game plan anda saat memasuki laga, dan bagaimana itu akhirnya berjalan?

CL: Strateginya adalah menghentikan Shinya pada ronde pertama dan tidak terseret ke bawah. Namun, dalam laga, ada banyak variabel, dan salah satunya adalah pengalaman Shinya di dalam ring.

Saya mengincar body lock, dan ia mampu mengamankan takedown. Saya terdesak di bawahnya selama ronde pertama, namun melalui latihan dan pengalaman saya, saya mampu bertahan dan meraih penyelesaian pada ronde kedua.

ONE: Seberapa dalam Shinya Aoki mengunci anda dengan armbar itu? Apakah anda hampir tap-out?

CL: Saya harus berkata jujur – arm-bar itu sangat ketat, sangat dalam. Namun, tak terbersit dalam pikiran saya untuk tap-out. Saya tak akan pernah tap-out dalam sebuah pertarungan.

Baik jika itu adalah kuncian leher [choke], kuncian lengan [arm lock], atau kuncian arm-bar, saya tak akan tap-out dalam pertarungan. Itu bukan berarti saya ingin menyombongkan diri atau bersikap arogan – itu hanya betapa tiap laga sangat berarti bagi saya. Saya masuk ke dalam tiap pertandingan dengan kesiapan untuk keluar berjaga-jaga dan siap menghentikan lawan saya.

Christian Lee DC 9485.jpg

ONE: Apakah anda memikirkan seberapa langkanya, bagi siapa pun, untuk dapat bertahan dari submission yang dilancarkan Shinya Aoki?

CL: Shinya adalah seniman bela diri yang sangat luar biasa. Ia adalah praktisi Brazilian Jiu-Jitsu yang sangat baik. Namun, saya juga sangat yakin dengan kemampuan grappling saya.

Tak ada keraguan dalam pikiran saya untuk dapat lepas dari kuncian armbar itu. Saya tahu saya akan bisa [melepaskan diri].

ONE: Apa yang tim pojok anda katakan untuk dirubah saat memasuki ronde kedua?

CL: Ini lucu. Ayah saya tetap tenang sepanjang waktu, memberi saya air minum dan berkata, ‘Kita melewati itu, sekarang mari kembali ke hal yang harus kamu lakukan.’ Saya maju dan melakukan itu.

Christian Lee DC 9784.jpg

ONE: Dapatkah anda menjabarkan bagaimana anda akhirnya meraih penyelesaian itu?

CL: Saya seperti merasa bahwa setelah ronde pertama, seluruh keadaan [buruk] telah berlalu. Saya seperti menggunakan itu sebagai ronde pemanasan.

Memasuki [ronde] kedua, saya hanya maju dan menerapkan game plan yang seharusnya saya lakukan pada ronde pertama. Saya mementahkan serangannya, mengincar dagu dan meraih penyelesaian.

Saya mengetahui itu telah berakhir. Beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah penghentian yang terlalu cepat, namun saya yakin 100 persen pada diri saya sebagai seniman bela diri, dan saat saya mencium darah, saya akan mengincar penyelesaian. Segera setelah saya merasakan benturan di dagunya, saya mengetahui itu telah berakhir.

Saya mengincarnya ke posisi ground, mendapatkan serangan masuk dan mengincar penyelesaian. Itulah saat Olivier Coste menengahi.

Shinya adalah seorang rekan satu tim dan sahabat, dan bahkan saat kami masuk ke sana sebagai kompetitor, saya masih tak ingin ada dampak serius pada dirinya, maka saya senang saat penghentian itu tiba.

Christian Lee YK4_5614.jpg

ONE: Apa yang Aoki katakan pada anda setelah laga berakhir?

CL: Shinya sangat anggun dalam kekalahan. Ia hanya berkata pada saya, ‘Kamu adalah hal besar berikutnya, kamu adalah generasi berikutnya dari seni bela diri Asia dan saya senang mewariskan sabuk dan karier saya.’

ONE: Apa artinya untuk menjadi bagian dari sepasang kakak-beradik pertama yang menjadi Juara Dunia bela diri campuran?

CL: Itu sangat luar biasa, sesungguhnya. Itu adalah sesuatu yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Itu sesuatu yang Angela dan saya telah impikan sejak kami masih kanak-kanak.

Untuk hal itu menjadi sebuah kenyataan pada saat [kami berusia] 20 dan 22 tahun – saya tak dapat mempercayainya. Saya hanya sangat senang untuk memiliki kakak yang luar biasa, yang juga adalah seorang Juara Dunia.

Christian Lee YK4_5646.jpg

ONE: Seberapa nyaman anda berlaga dalam divisi lightweight?

CL: Saya telah menjadi seorang atlet featherweight dalam karier saya, namun baru-baru ini saya telah menambah berat badan setelah tiap laga, dan saya merasa luar biasa di lightweight.

Saya tidak khawatir sedikitpun bahwa laga perdana saya dalam divisi lightweight adalah demi sabuk [emas]. Saya tahu bahwa saya akan membawa berat badan saya dengan baik. Saya telah berlatih bersama pria yang lebih besar dan kuat seumur hidup saya, maka saya yakin bahwa saya dapat melakukannya dengan baik.

ONE: Kini, setelah anda menjadi Juara Dunia ONE Lightweight, apa yang anda harapkan dari jadwal anda pada tahun 2019 ini?

CL: Saya berencana untuk tetap aktif sesering mungkin. Saya mengetahui ada World Grand Prix yang berlangsung demi kesempatan berikutnya merebut sabuk ini. Namun, jika ONE Championship menawarkan saya sebuah laga, saya akan langsung mengambilnya.

Baik hal itu berarti saya akan kembali turun untuk menantang sabuk dalam divisi featherweight, atau jika mereka menemukan penantang teratas untuk merebut sabuk saya dalam divisi lightweight, atau apa pun. Itu tidak masalah. Saya ingin tetap aktif. Saya haus dan siap berlaga kapan pun ONE Championship memberi saya [kesempatan] berikutnya.

Saya masih menjadi penantang teratas dalam divisi featherweight. Tak ada orang lain kecuali saya, dan jika saya memilih untuk itu dan segala sesuatunya sejalan, saya jelas akan siap untuk sebuah laga demi sabuk featherweight itu.

Christian Lee YK4_5643.jpg

ONE: Ada tiga pria yang tersisa di World Grand Prix – Saygid “Dagi” Guseyn Arslanaliev, Lowen Tynanes dan Timofey Nastyukhin. Siapa yang anda kira akan memenangkan turnamen ini dan mendapatkan kesempatan merebut sabuk emas anda?

CL: Tiga kompetitor terakhir dalam Grand Prix ini semuanya pria luar biasa. Mereka adalah seniman bela diri yang sangat kuat. Saya merasa seperti ketiganya memiliki kesempatan berimbang untuk memenangkan World Grand Prix ini, dimana saya tak sabar menunggu untuk menghadapi pemenangnya.

Mereka semua pencetak penyelesaian, dan itulah yang saya sukai. Itu menarik bagi saya karena tiap atlet ini akan mengincar penyelesaian. Saat saya berada di sana, berdiri di hadapan orang lain, saya ingin mencetak penyelesaian atas orang tersebut secepat mungkin, dimana saya sangat bersemangat mengetahui bahwa mereka akan melakukan hal yang sama.

Saya haus. Saya lebih haus dari sebelumnya. Saya ingin menaklukkan tiap penantang di divisi lightweight dan featherweight. Saya ingin menjadi Juara Dunia terdominan dalam sejarah ONE.

Selengkapnya di Berita

Luke Lessei Eddie Abasolo ONE Fight Night 19 6 scaled
Sinsamut Klinmee Dmitry Menshikov ONE Fight Night 22 18
Smilla Sundell Natalia Diachkova ONE Fight Night 22 60
Reece McLaren Hu Yong ONE Fight Night 22 62
Akbar Abdullaev Halil Amir ONE Fight Night 22 30
ET TDed99 Mongkolkaew Sor Sommai ONE Friday Fights 39 24
Noiri vs Sitthichai 1200X800
Smilla Sundell Natalia Diachkova ONE Fight Night 22 2
Dmitry Menshikov Mouhcine Chafi ONE Fight Night 17 37 scaled
SmillaSundell NataliaDiachkova Faceoff 1920X1280
Duangsompong Jitmuangnon Petsukumvit Boi Bangna ONE Friday Fights 61 30
Petsukumvit Duangsompong