Yuya Wakamatsu Berlaga Demi Hormati Mendiang Rekan Satu Timnya

Japanese martial artist Yuya Wakamatsu celebrates his win with the ring girls in Manila

Yuya “Little Piranha” Wakamatsu tidak hanya akan mewakili dirinya sendiri saat ia menghadapi “Ottogi” Dae Hwan Kim pada ajang ONE: CENTURY PART I di Tokyo, Minggu, 13 Oktober nanti.

Bintang Jepang ini mewakili Tribe Tokyo MMA yang berlokasi di kawasan Nerima dari ibukota Jepang itu – yang juga menjadi sasana yang terkenal menghasilkan para atlet tangguh dan menarik.

Namun, tiga tahun yang lalu, tim ini terguncang oleh kematian tragis salah satu anggotanya, Iyori Akiba, yang baru memasuki usia 21 tahun. Tim ini harus berusaha keras demi mengatasi kehilangan tersebut dan menemukan kekuatan baru saat mereka sepakat menghormati kenangan sahabat mereka itu.

Akiba datang dari latar belakang Kyokushin karate dan sangat awam dalam dunia bela diri campuran saat ia bergabung dengan dojo itu di bulan April 2014. Ia memiliki berat dan tinggi badan yang sama dengan Wakamatsu, namun berkuda-kuda southpaw, maka mereka seringkali berbagi waktu dalam sesi latihan.

Wakamatsu berada satu tahun di atas temannya ini di sekolah, sehingga hal itu menjadikannya seorang ‘sempai’, atau senior. Akiba menjadikannya panutan, namun itu tidak menghalangi persahabatan mereka, saat mereka berbagi candaan bersama dan terus mendorong batasan satu sama lain saat berlatih.

“Tekadnya sekuat saya, dan ia pernah mengatakan bahwa ia ingin menjadi Juara Dunia. Dia sangat mencintai seni bela diri,” kenang Wakamatsu.

“Saat kami berlatih, kami selalu bergantian [menang] – terkadang saya yang menang, terkadang ia yang menang. Saya berpikir, ‘Saya tidak boleh kalah darinya!’

“Ia selalu lupa dengan barang-barangnya di sasana! Ia terlihat serius, tapi saya selalu bercanda dan bersenang-senang dengannya di kamp latihan.”

Akiba mencetak debut profesionalnya untuk pertama kali pada tahun 2015 dan meraih rekor 3-2, namun hanya tiga hari setelah kemenangan terakhirnya di bulan Agustus 2016, ia mengalami kecelakaan saat mengendarai motor dan dinyatakan meninggal dunia oleh para dokter malam itu.



“Saya sedang mengerjakan pekerjaan paruh waktu saya saat saya mendapatkan telepon dari [Toru] Ogawa [teman satu tim lainnya], mengabarkan tentang apa yang terjadi,” Wakamatsu mengingat.

“Saya tertegun. Saya tak dapat mempercayai itu. Para orang tua meninggal, namun seseorang yang sepantar dengan saya, seseorang yang baru saja ada bersama saya…”

“Saya dijadwalkan berlaga pada minggu berikutnya. Ia baru saja bertanding minggu sebelumnya, namun ia datang untuk membantu saya berlatih demi babak final Turnamen Pancrase Flyweight. Sesaat, saya seperti tersesat dan tidak ingin mencoba lagi.”

Walau masih berduka, Wakamatsu kembali berlatih ke sasana dengan tekad baru untuk meraih sukses dalam tantangan berikutnya. Ia menerima prespektif baru dalam hidup dan tak ingin mengecewakan dirinya dan mendiang temannya.

“Dibandingkan dengan kehilangan nyawa saya, laga saya itu tidak ada apa-apanya, maka saya berpikir saya harus menang dengan cara apapun,” kenangnya. “Saya memenangkan turnamen itu.”

“Little Piranha” berlaga menghadapi beberapa atlet terbaik yang dimiliki Jepang, yang memberinya kesempatan tampil di atas panggung dunia, dimana dia dapat tetap memberi kesan luar biasa.

Ia telah menghadapi berbagai laga yang sulit saat itu, namun bersama kenangan akan sahabatnya dan keinginan untuk memberi penghormatan padanya, Wakamatsu terus berjuang mengatasi kesulitan.

Yuya Wakamatsu VID_2542.jpg

“Sejak saat itu, saya telah menghadapi waktu-waktu yang sulit, namun saya mengetahui saya harus bekerja lebih keras bagi dirinya. Ia tidak dapat menjalani seni bela diri lagi, maka saya melakukan yang terbaik bagi kami berdua untuk menjadi Juara Dunia,” jelasnya.

“Saat ia pergi, saya menyadari kita tak mengetahui kapan waktu kita berakhir. Anda, orang-orang yang anda sayangi, anda tak akan tahu. Saya kira saya harus melakukan sesuatu yang lebih. Saya harus berlatih lebih keras – seperti tak ada hari esok – untuk tetap mengenangnya. Sikap saya terhadap seni bela diri, terhadap kemanusiaan, telah berubah drastis.”

Tak hanya Wakamatsu yang terpengaruh. Ia mempererat hubungan dengan rekan satu timnya, Kiyotaka Shimizu dan Takashi Sato, dalam beberapa bulan setelah kecelakaan itu, dimana mereka bersatu untuk mendorong satu sama lain.

Upaya mereka berhasil menuai hasil saat mereka meraih kemenangan, dan tiap kali tangan mereka terangkat, foto Akiba juga turut diangkat.

“Tiba-tiba, kami semua bersatu. Kecelakaan itu membawa kami jauh lebih erat dari sebelumnya,” kata Wakamatsu.

“Saya merasa ia ikut berlaga bersama saya – ia adalah bagian dari kekuatan tim kami. Kami berdua berjanji untuk menjadi juara, maka menunjukan fotonya itu adalah cara kami mengatakan pada dunia bahwa ia masih berada dalam hati kami dan ialah yang menjadikan kami lebih kuat.”

“Itu mengubah cara pandang kami. Kami lebih menikmati momen yang ada saat ini. Orang-orang tersayang anda dapat meninggal dunia kapanpun, maka kita melakukan segalanya demi menciptakan kenangan.”

Rising Japanese martial arts star Yuyu Wakamatsu celebrates his knockout victory in Manila, Philippines

Meninggalnya Akiba telah memaksa Wakamatsu dan timnya untuk merefleksikan diri, menjadi lebih disiplin, serta membawa semangat dari sang sahabat yang telah tiada dengan bangga.

“Saya menyadari bahwa saya harus melakukan yang terbaik dalam hidup. Memberi kurang dari itu tak akan berarti apapun. Semua orang akan meninggal, maka berilah 100 persen, segala yang anda miliki, dan anda akan menikmati hidup.”

“Tentunya, semua orang akan mengalami keraguan dan kesedihan, namun saya yakin jika anda mengatasi perasaan itu, anda akan menemukan kejayaan. Inilah yang membuat saya bersemangat dan lebih kuat.”

“Tanpa seni bela diri, jika hal yang sama terjadi, saya mungkin berpikir tak ada gunanya memberi yang terbaik. Tidak ada salahnya untuk sedih [setelah tragedi melanda], namun anda tak dapat terus seperti itu. Anda harus memberikan segala yang anda miliki bagi kehidupan.”

Kini, foto Akiba juga tergantung di dojo, agar tiap hari, sepanjang berbagai sesi latihan keras, ia akan selalu menyertai para bintang dari Tribe Tokyo.

“Saya tak tahu apa yang terjadi setelah kematian. Mungkin ia berada di satu tempat dan berlatih bela diri saat ini, namun inilah kenyataan bagi kami, dan kami akan membawa semangatnya – dengan tidak melupakannya,” tutup Wakamatsu.

Baca juga: Kesulitan Memberi Dae Hwan Kim Keinginan Untuk Raih Kesuksesan

century_tokyo_logo.png

Tokyo | CENTURY | Pergelaran Ke-100 ONE Championship | Tiket: Dapatkan disini

  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Indonesia, tanggal 13 Oktober pukul 7:00 WIB – serta BAGIAN II, tanggal 13 Oktober pukul 15:00 WIB
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Amerika Serikat, tanggal 12 Oktober pukul 20:00 EST – serta BAGIAN II, tanggal 13 Oktober pukul 4:00 EST
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di India, tanggal 13 Oktober pukul 5:30 IST – serta BAGIAN II pukul 13:30 IST
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Singapura on 13 October pukul 8:00 SGT – serta BAGIAN II pukul 16:00 SGT
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Filipina on 13 October pukul 8:00 PHT – serta BAGIAN II pukul at 16:00 PHT
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Jepang on 13 October pukul 9:00 JST – serta BAGIAN II pukul 17:00 JST

ONE: CENTURY adalah ajang Kejuaraan Dunia bela diri terbesar dalam sejarah dengan 28 Juara Dunia yang tampil dalam berbagai disiplin bela diri. Belum ada organisasi dalam sejarah yang pernah mempromosikan dua ajang Kejuaraan Dunia di hari yang sama.

“The Home Of Martial Arts” kembali membuka babak baru dengan menyajikan beberapa laga perebutan gelar Juara Dunia, tiga babak final Kejuaraan World Grand Prix, serta serangkaian Juara Dunia yang akan melawan Juara Dunia lainnya di lokasi ikonik Ryugoku Kokugikan, Tokyo, Jepang, tanggal 13 Oktober.

Selengkapnya di Fitur

Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 38 scaled
MurHawkSlater 1200X800
Thongpoon PK Saenchai Timur Chuikov ONE Fight Night 19 39 scaled