Bintang MMA Turki Halil Amir Berjuang Atasi Masa Muda Sulit Menuju ONE Championship

Timofey Nastyukhin Halil Amir ONE on Prime Video 2 1920X1280 33

Pada 22 April ini, petarung MMA sensasional asal Turki Halil Amir kembali ke ONE Championship untuk aksi keduanya yang sangat ditunggu di dalam Circle.

Di jam tayang utama A.S., pria berusia 28 tahun ini akan melawan sesama petarung tak terkalahkan fenomenal Maurice Abevi pada gelaran ONE Fight Night 9: Nong-O vs. Haggerty di Prime Video, langsung dari arena ikonik Lumpinee Boxing Stadium in Bangkok, Thailand.

Meraih peringkat #4 dalam divisi lightweight ONE yang penuh bakat luar biasa itu setelah mengalahkan petarung veteran favorit penggemar Timofey Nastyukhin dalam debut promosionalnya pada September lalu, Amir memiliki seluruh kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi Juara Dunia.

Secara alami, penggemar tentu ingin mengetahui lebih banyak lagi siapa penantang kuat ini, serta perjalanannya menuju organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini.

Bertarung Sejak Usia Muda

Berdarah Turki, Amir menghabiskan masa kecilnya bersama keluarga di Kirgistan. Melihat kembali, ia mengingat berbagai periode keras yang sarat dengan konflik dan baku pukul.

Pada saat itu, ia melihat semua itu normal.

Ia berkata pada ONEFC.com/id:

“Ya, biasanya saya berdebat, bertarung dan banyak terkena masalah. Saya selalu berdebat dengan beberapa orang dan saya tidak tahu alasannya. [Masalah] itu selalu menemukan saya di mana pun.”

“Dan itulah yang terjadi di mana pun saat saya remaja. Saya berdebat, bertarung. Itu banyak terjadi saat sekolah, [juga] di sekolah menengah atas.  Itu hal yang normal. Itu nampak sedikit berbeda bagi beberapa orang. Itu nampak aneh, tetapi itu normal di tempat kami.”

Mencari penyaluran untuk energinya yang luar biasa besar itu, Amir muda mulai berlatih taekwondo pada usia 8 tahun sebelum beralih ke tinju di usia ke-14. Tetap saja, ia selalu berhadapan dengan masalah.

Tak lama kemudian, kegemaran Amir untuk bertarung menarik perhatian ayahnya, yang khawatir bahwa anaknya sedang mengarah ke jalur yang berbahaya. Ia pun mengirim remaja ini untuk tinggal di kota pesisir Antalya, di Turki.

Amir berkata:

“Tidak sulit di Kirgistan bagi sebuah konflik untuk menemui anda. Maka, saya terlibat dengan berbagai hal – sampai ayah saya memutuskan mengirim saya ke Turki.”

Dari Bruce Lee Ke MMA

Tinggal di Turki, beberapa ratus kilometer jauhnya dari keluarga dan teman-temannya, Amir pun terjun lebih dalam lagi ke seni bela diri, dengan inspirasi dari aktor fim aksi paling ikonik dari Hollywood.

Ia berkata:

“Saya menonton mereka – Chuck Norris, Bruce Lee, Jean-Claude Van Damme. Film yang sarat pertarungan sangat menarik bagi saya.”

Setelah lulus sekolah menengah atas, Amir masuk ke sebuah kampus dimana ia juga mengejar karier dalam olahraga tarung.

Sampai saat itu, atlet muda berbakat ini berlatih secara eksklusif dalam disiplin striking. Namun saat ia melihat sebuah kelas grappling di sasana tinjunya, ia menyadari bahwa panggilannya adalah untuk memasuki disiplin menyeluruh dari MMA.

Amir berkata:

“Secara ironis, saya pertama kali menemukan seni bela diri campuran di sasana tinju universitas. Beberapa orang ini mempersiapkan diri untuk debut MMA mereka, sendirian, di sasana tinju ini, dan mereka meyakinkan saya untuk mencobanya.”

“Saya menjalani laga pertama saya di K-1 dan kembali untuk berlatih dengan mereka dan menghadiri kelas BJJ di Antalya juga. Saya mulai mengambil bagian dalam turnamen MMA amatir lokal, dan sisanya hanya sejarah.”

Lebih dari sekadar penyaluran bagi kemampuan fisik dan agresi alami dari Amir, seni bela diri terbukti menjadi sarana yang kuat untuk membantunya bertransisi dari Kirgistan ke Turki.

Ia mengenang:

“Saya sudah dapat berbicara bahasa Turki dengan lancar sebelum pindah. Tetap saja, saya tak punya teman saat saya tiba, dan itu adalah waktu yang sulit bagi saya.”

“Namun, olahraga membantu saya menemukan lingkungan dimana saya dapat bertemu orang lain yang tertarik dengan hal yang sama dengan saya dan mendapatkan teman.”

Termotivasi Oleh Kebanggaannya Sebagai Petarung Turki

Seperti para atlet lain di ONE, perwakilan Amir Team ini mengincar sabuk emas seberat 26 pound itu.

Namun, bintang berusia 28 tahun ini termotivasi oleh sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri – ia ingin menunjukkan bahwa petarung Turki itu layak berada di atas panggung dunia, bersama dengan para seniman bela diri terbaik di ONE.

Amir berkata:

“Membawa sabuk kejuaraan itu ke Turki adalah hal yang sangat penting bagi saya. Ini adalah sumber kebanggaan yang hebat dan memotivasi saya, karena tidak ada sabuk organisasi MMA besar di Turki.”

“Seperti yang saya jelaskan, jika saya menjadi petarung Turki pertama yang memenangkan sabuk dalam organisasi ini, saya akan tercatat dalam sejarah.”

Kebanggaan Amir akan negara asalnya, Turki, memang sangat mendalam. Terinspirasi oleh semangat juang para leluhurnya, ia ingin membuktikan reputasi masyarakat itu sebagai petarung pemberani.

Ia menegaskan:

“Kami adalah keturunan dari Kekaisaran Ottoman, dan semua orang di dunia telah mendengar tentang Kekaisaran Ottoman. Mereka mengendalikan dunai selama enam ratus dan dua puluh sekian tahun. Orang Turki adalah pejuang saat itu, dan tak ada yang berubah saat ini.”

Pertempuran Antar Petarung Fenomenal Tak Terkalahkan

Sebelum ia dapat membawa pulang sabuk Juara Dunia ONE ke Turki, Amir harus melewati pendatang baru Abevi di ONE Fight Night 9.

Pria Swiss itu membawa catatan rekor profesional sempurna, dan tingkat penyelesaian 100 persen, yang menjadikan laga MMA ini menjadi salah satu yang paling menarik sejauh ini, pada tahun 2023.

Petarung Turki ini menghormati kemampuan menyeluruh dan tubuh jenjang rivalnya, serta menyadari bahwa lawannya yang langsing itu tak berarti bahwa Abevi adalah atlet yang lemah.

Amir berkata:

“Fisiknya itu bagus, indah, solid. Ia mengetahui sedikit tentang segalanya, striking, gulat, grappling. Saya sudah melihat pria-pria yang sangat tipis, tetapi mereka sangat kuat. Saya juga melihat yang sebaliknya, fisiknya nampak bagus tetapi tidak memiliki kekuatan.”

“Kita akan lihat di dalam arena.”

Jika ia meraih sebuah kemenangan besar lainnya pada 22 April ini, Amir akan membawa rekornya menjadi 2-0 di ONE dan melaju dengan pesat menuju puncak divisi lightweight.

Sementara ia memang belum siap meminta perebutan gelar Juara Dunia saat ini, petarung Turki yang bersinar dengan kebanggaan diri ini mengetahui bahwa yang harus dilakukannya adalah menumpuk berbagai kemenangan besar, dan segala sesuatunya akan tiba dengan sendirinya.

Amir berkata:

“Tujuan semua orang adalah untuk menjadi juara, dan semoga, jika saya terus seperti ini, mereka takkan memiliki pilihan selain memberi saya [kesempatan merebut] sabuk itu.”

Selengkapnya di Fitur

Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50