Bagaimana Muay Thai Memberi Alaverdi Ramazanov Tujuan Hidup

Alaverdi Ramazanov vs Zhang Chenglong at ONE MARK OF GREATNESS DC 2075

Saat Alaverdi “Babyface Killer” Ramazanov mendobrak arena ONE Super Series, ia segera menempatkan dirinya sebagai salah satu atlet paling menarik. Kini, ia adalah salah satu yang terbaik.

Bulan Desember lalu, dinamo asal Rusia ini menjadi kickboxer bantamweight terbaik dunia saat ia merebut gelar Juara Dunia ONE. Itu menjadi kulminasi dari perjalanan luar biasa dari masa lalunya yang sangat sederhana di Dagestan, serta perjuangan untuk memastikan posisinya dalam dunia Muay Thai yang sangat keras.

Kini, saat ia menikmati status barunya sebagai penguasa divisi, ia berbagi tentang apa yang dilakukannya demi mencapai puncak.

Masa Kecil Yang Menarik Di Dagestan

Ramazanov lahir di Kizlyar, Dagestan, Rusia, dimana ia dibesarkan bersama empat saudara perempuan dan memiliki masa kecil yang bahagia. Ia jarang berada di rumah – ia selalu menghabiskan waktunya bermain di jalanan.

“Ibu saya tidak dapat membuat saya diam di rumah, saya akan selalu melarikan diri,” kenangnya.

“Saya tumbuh besar di jalanan, bermain bersama teman-teman saya. Kami semua masih tinggal berdekatan dan masih berhubungan.”

Ayahnya sangat ketat mengatur pendidikan anaknya ini, karena ia memiliki ekspektasi besar bagi anaknya untuk menjadi dokter, seorang neurologis, atau dokter gigi, namun kurangnya fokus di sekolah hanya berarti bahwa nilai-nilainya menurun.

Para atlet sangat dihormati di Dagestan, maka olahraga menjadi sebuah pilihan lain. Pada usianya yang ke-9, Ramazanov Jr. dibawa ke sekolah tinju untuk belajar disiplin. Ia ingin mencoba gulat, namun ayahnya melarang. Tinju juga bukanlah sebuah pilihan, dan ia tidak senang dengan alternatif tersebut.

“Pelatih mengatakan bahwa saya masih terlalu muda untuk tinju dan menyarankan ayah saya untuk menaruh saya di tim basket atau sepak bola sampai berusia 12 tahun,” jelasnya.

“Saya membenci basket, maka saya tidak akan pernah tampil dengan baik di sana. Saya melakukannya untuk ayah saya.”

Saat ia berada di usia yang tepat untuk mengenakan sarung tangan untuk pertama kalinya, Ramazanov telah kehilangan minatmya.

“Saya memasuki usia 12 tahun tetapi tidak bergabung bersama sekolah gulat atau tinju. Saya mungkin merasa sedikit tersesat,” akunya.

Terinspirasi Oleh Seni Bela Diri

Alaverdi Ramazanov at ONE DREAMS OF GOLD

Dua tahun kemudian, Ramazanov dibujuk untuk mencoba Muay Thai dan segera tertarik dengan atmosfer yang ada di sasana.

“Teman saya membawa saya ke sebuah kelas dan saya segera terpincut – saya berada di sasana setiap hari,” sebutnya.

“Mereka memiliki penghormatan besar akan satu sama lain, sangat mendukung – itu sangat brilian.”

Tulang punggung dari sasana itu adalah seorang pelatih bernama Ibrahim Hidirov, yang menjadi seorang mentor bagi murid-muridnya dan mengajar mereka berbagai nilai penting di atas kemampuan bertarung.

“Ia adalah pelatih yang hebat, tetapi ia jauh lebih dari sekedar itu bagi kami – ia adalah ayah kedua kami,” tambah Ramazanov.

“Ia menaruh disiplin di diri kami selalu mengatakan bahwa kami harus menjadi juara di dalam dan di luar ring. Kemampuan dan kualitas yang didapatkan dari sesi latihan membantu saya dalam berbagai situasi sulit dalam hidup. Olahraga membantu saya bertumbuh, menjadi proaktif, serta tetap positif.”

Awalnya, tidak ada tanda-tanda bahwa pria ini akan menjadi “Babyface Killer,” karena ia hanya berlatih untuk mempertahankan diri. Akhirnya, ia masuk ke dalam ring sebagai seorang amatir, tetapi tidak meraih kesuksesan besar.

“Saya tidak melihat diri saya sendiri sebagai seorang petarung. Dalam rangkaian kompetisi pertama saya, saya seringkali kalah – mungkin saya kalah dalam enam atau tujuh laga amatir berturut-turut sebagai awalannya,” akunya.

Terlepas dari kenyataan tersebut, ia tidak berhenti dan tetap berkembang sampai dirinya memenangkan emas dalam turnamen regional. Pada usianya yang ke-16, ia memenangkan kejuaraan nasional Rusia, yang membawanya masuk ke dalam tim nasional. Dari situ, ia memenangkan tiga Kejuaraan Dunia IFMA.

Perjuangan Berat Di Thailand

Alaverdi Ramazanov knocks out Andrew Miller

Ramazanov memasuki ranah profesional pada usianya yang ke-18 dan melanjutkan kesuksesannya, namun ia mencari cara untuk membawa kemampuannya ke tingkatan yang lebih tinggi supaya dirinya dapat berkompetisi dengan atlet terbaik di muka bumi ini.

Itu berarti dirinya harus terbang ke tanah kelahiran “seni delapan tungkai” dan berlatih di Thailand, namun menemukan sasana yang dapat ia sebut rumah ternyata cukup sulit.

“Saya pergi mengunjungi beberapa sasana berbeda, mencoba mencari tim [ideal] saya, pelatih-pelatih saya, tetapi mereka tidak pernah cocok,” jelasnya.

“Satu hari, manajer saya dari Rusia mengirim saya ke sebuah sasana di Bangkok, dimana saya mulai berlatih. Semuanya berjalan dengan baik sampai saya kalah dalam laga yang mereka atur bagi saya. Saya segera mendapatkan perlakuan yang berbeda. Saya mengetahui mereka ingin saya pergi.”

Untungnya, Ramazanov bertemu dengan seorang teman yang mengurusnya dan membawanya ke tim Venum di Pattaya. “Babyface Killer” memiliki determinasi untuk menjadi sosok yang sukses di sasana barunya, maka ia berlatih sangat keras untuk memastikan ia mendapatkan nama baik.

“Itu adalah waktu yang sangat sulit,” aku atlet berusia 25 tahun itu.

“Saya tidak mendapatkan jalur karier, tidak mengetahui banyak kesempatan, tidak mengetahui pintu mana yang harus saya ketuk, maka saya hanya menaruh keyakinan saya di situ dan berlatih keras untuk mencoba dan meraih posisi saya di dalam tim.”

Kerja keras itu terbayar saat atlet Rusia ini memenangkan berbagai laga di ajang besar dan memberinya kesempatan untuk naik dan menghadapi atlet-atlet terbaik dunia.

Menjadi Yang Terbaik

Alaverdi Ramazanov defeats Zhang Chenglong

Ramazanov masuk ke dalam jajaran atlet ONE Super Series pada bulan Oktober 2018 dan menerima tantangan berat dalam laga perdananya. Di ajang ONE: KINGDOM OF HEROES, ia disandingkan dengan Juara Dunia Muay Thai berkali-kali, Pechmorakot Petchyindee Academy.

Walau ia harus menghadapi superstar Thailand itu di kota asalnya, Bangkok, ia membuat penonton asal Thailand terdiam saat dirinya meraih kemenangan mutlak setelah laga keras.

“Bahkan hari ini, saat mereka memperkenalkan saya, mereka mengatakan bahwa saya adalah pria yang mengalahkan Petchmorakot. Sangat luar biasa saat idolamu menjadi rival,” kata Ramazanov.

“Saya sangat bangga menjadi bagian dari [ONE]. Saat saya melihat ke sekeliling, saya melihat petarung luar biasa, Juara Dunia berkali-kali, para legenda. Ini adalah langkah besar dalam karier saya untuk berlaga di dalam organisasi yang sama seperti mereka.”

“Babyface Killer” mendapat tawaran lain di dalam Circle hanya satu bulan kemudian, tetapi ia tidak ragu menghadapi Andrew “Maddog” Miller dan meraih kemenangan KO pemecah rekor dalam waktu 57 detik.

“Mengambil laga ini adalah sebuah pertaruhan, namun saat sang manajer menawarkannya, saya menjawab ‘ya’ semenit kemudian,” tambahnya.

Setelah beberapa penampilan luar biasa lainnya, Ramazanov dipilih untuk menghadapi “Muay Thai Boy” Zhang Chenglong demi gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Kickboxing perdana.

Setelah lima ronde penuh aksi, atlet Dagestan ini pun mengangkat tangannya dan dianugerahi pencapaian terbesar dalam seni bela diri.

“Saya bahkan tidak mengetahui bagaimana menjabarkan perasaan [saya],” sebutnya.

“Sabuk ini membawa nama saya ke permukaan dan ke dalam fase yang lebih tinggi dalam olahraga, menjadi olahragawan elit. Sabuk ini mengubah karier olahraga saya.”

“Ke depannya, saya ingin nama saya dikenal di seluruh dunia, saya ingin menjadi salah satu dari lima petarung terbaik dunia. Saya ingin diingat sebagai pria yang menghadapi para legenda di dalam ring dan menang.”

Baca juga: Alaverdi Ramazanov Sebutkan Siapa Yang Ingin Dihadapinya Pada Tahun 2020

Selengkapnya di Fitur

Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 38 scaled