Bagaimana Giorgio Petrosyan Menjadi ‘The Doctor’

Giorgio Petrosyan makes his entrance at ONE: ONE: DREAMS OF GOLD

Giorgio “The Doctor” Petrosyan memiliki salah satu nama julukan terbaik, terpantas dan terperinci dalam dunia bela diri.

Superstar keturunan Armenia-Italia ini – yang akan kembali beraksi melawan Samy “AK47” Sana dalam gelaran ONE: CENTURY II tanggal 13 Oktober – dikenal dengan presisi yang luar biasa layaknya dokter bedah dan pendekatan terstruktur untuk mematahkan perlawanan para atlet yang dihadapinya.

Pendekatan mendetailnya dalam dunia tarung telah membawanya meraih berbagai gelar Juara Dunia, serta sangat penting dalam perjalanannya di babak final Kejuaraan ONE Featherweight Kickboxing World Grand Prix di Tokyo, Jepang.

Walau Giorgio selalu berkembang, setelah ia pertama kali meraih posisi puncak dalam dunia kickboxing satu dekade lalu, ia dapat menapaki jejak untuk julukan yang diterimanya ini jauh sebelum itu.

Pria asal Milan ini masih remaja saat ia ditahbiskan dengan julukan yang melekat pada pendekatan tarungnya di dalam ring dengan baik.

“Mereka menyebut saya ‘The Doctor’ karena saya sangat akurat dengan serangan sekarang. Saya mendapatkan julukan ini beberapa tahun lalu, dan itu melekat pada saya sampai hari ini,” ia menjelaskan.

“Saya diberikan julukan ini oleh seorang wasit pada tahun 2004 saat saya melawan seorang Perancis. Saya menjatuhkan dirinya pada ronde pertama dengan empat tendangan rendah. Ia melihat foto-foto dari laga itu, dan menyadari bahwa itu adalah empat tendangan yang berbeda, tetapi terlihat seperti tendangan yang sama.”

“Sejak hari itu, saya diberi julukan ‘The Surgeon’ karena tendangan itu terlihat seperti sebuah gerakan tunggal, tetapi pada kenyataannya adalah empat tendangan yang berbeda – target yang sama, kuda-kuda yang sama, teknik yang sama. Dari ‘The Surgeon,’ [julukan] itu berubah menjadi ‘The Doctor.’”

Walau itu adalah tendangan rendah Giorgio yang memberikan inspirasi bagi julukannya, tiap elemen dari kemampuan striking miiknya sama akuratnya.

Atlet berusia 33 tahun ini sekarang menyadari lebih dari arsenal tinju miliknya, tetapi semua senjatanya nampak sama tajamnya, dan ia tidak pernah membuang serangan sia-sia.

Ia juga tidak akan melemparkan serangan liar yang keluar dari sasaran. Sebaliknya, ia sangat berhati-hati dalam memikirkan penempatan serangannya sebelum melepaskan artileri berat miliknya.

“Akurasi sangat krusial karena anda tidak dapat menyerang tanpa kepastian di dalam ring,” jelasnya.

“Ada beberapa titik dimana anda harus menyerang lawan anda – tidak bisa acak. Maka, jika anda cepat dan akurat, maka anda memiliki sedikit keuntungan.”

Seperti dokter medis yang harus tetap mengantisipasi dengan riset dan kemajuan terbaru yang sangat efektif, seorang seniman bela diri juga harus bergerak bersama kemajuan zaman.

Namun, bahkan saat Juara K-1 World MAX Grand Prix dua kali ini memodifikasi gayanya – demi beradaptasi ke promosi baru, peraturan baru dan lawan baru, presisi harus menjadi bagian terbesar dalam permainannya.

Tidak mudah untuk beradaptasi dan mengimplementasikan perubahan baru dalam tingkatan elit, tetapi Giorgio telah melakukannya dengan baik dan tanpa tanda-tanda permasalahan yang besar.

Lebih jauh lagi, ia telah mempertahankan kemampuan untuk membawa ketegangan dan kemeriahan dimanapun dan kapanpun ia berkompetisi.

“Saya selalu mencoba dan mengubah gaya saya agar tidak memberikan lawan saya petunjuk. Tetapi, jika anda memiliki kecepatan yang baik dan kemampuan membalas serangan, itu adalah salah satu awal yang baik, karena tidak semua lawan anda memiliki penempatan waktu yang bagus,” kata “The Doctor.”

“Saya mempelajari semua teknik ini saat memulai dalam disiplin Muay Thai, dan saat promosi ini tiba di Jepang, saya harus mengubah gaya saya karena K-1 adalah kickboxing.”

“Kami mempelajari teknik pertahanan Muay Thai dan pukulan dalam kickboxing. Kami mencampurnya semua menjadi gaya saya untuk meraih kesuksesan di dalam ring, dan para fans nampaknya sangat menikmatinya.”

“Saya sangat baik dalam hal serangan balasan, dimana itu adalah gaya saya. Tetapi, laga saya sebelumnya menampilkan Giorgio yang lebih agresif, dan ini seperti biasanya tergantung pada lawan yang akan saya hadapi.”

Pembelajaran terus menerus demi kemajuan adalah sebuah kesaksian bagi karakter Giorgio yang selalu belajar dan rendah hati, diluar kesuksesan yang tak tertandingi. Ia dianggap sebagai kickboxer terbaik dalam generasinya, dan ini terjadi karena ia tidak pernah berhenti mengembangkan diri.

Ia selalu ingin menjadi lebih tajam, memiliki instrumen yang lebih maju dalam ‘peralatan bedah’-nya, dan inilah yang membuat dia tetap berada di puncak.

“Saya tetap berlatih untuk mengembangkan kekurangan saya tiap hari, dimana saya selalu ingin tetap berkembang dan menjadi lebih baik,” tutupnya.

Baca Lagi: Giorgio Petrosyan Melihat Kembali Saat Karirnya Hampir Berakhir

Tokyo | 13 Oktober | ONE: CENTURY | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/onecentury19

ONE: CENTURY adalah ajang Kejuaraan Dunia bela diri terbesar dalam sejarah dengan 28 Juara Dunia yang tampil dalam berbagai disiplin bela diri. Belum ada organisasi dalam sejarah yang pernah mempromosikan dua ajang Kejuaraan Dunia di hari yang sama.

“The Home Of Martial Arts” kembali membuka babak baru dengan menyajikan beberapa laga perebutan gelar Juara Dunia, tiga babak final Kejuaraan World Grand Prix, serta serangkaian Juara Dunia yang akan melawan Juara Dunia lainnya di lokasi ikonik Ryugoku Kokugikan, Tokyo, Jepang, tanggal 13 Oktober.

Selengkapnya di Fitur

Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 38 scaled