Abro Fernandes Bertanding Demi Memajukan Orang Terdekatnya

Abro Fernandes IMG_7728

Di ajang ONE: MASTERS OF DESTINY, Abro “The Black Komodo” Fernandes akan menghadapi atlet India Gurdashan “Saint Lion” Mangat dengan pertaruhan lebih dari sekedar kebanggaan pribadi.

Atlet berusia 29 tahun ini memiliki lebih dari selusin anggota keluarga yang bergantung padanya. Abro adalah ayah dari satu anak dan yang tertua dari sembilan bersaudara di Timor-Leste.

Menjadi anggota pertama dari keluarganya yang mampu keluar dari pedesaan tempat mereka dibesarkan, ia pun mengemban tugas mendukung saudara-saudaranya dalam usaha mereka mencapai impiannya masing-masing, serta membalas jasa pada ayah dan ibunya.

Sebelum ia kembali ke dalam Circle dalam laga divisi flyweight hari Jumat, 12 Juli nanti, simak bagaimana pria yang berdiam di Solo ini bertransformasi dari awal yang sederhana menuju panggung bela diri dunia.

Pengorbanan Orang Tua

Abro Fernandes IMGL9829.jpg

Abro bertumbuh besar dalam sebuah komunitas kecil di Luro, Timor-Leste, dimana sebagian besar keluarga yang berada di sana hidup dari bertani.

Keluarganya tidaklah berbeda, walau pemasukan yang didapatkan ayah-ibunya sangat terbatas bagi keluarga besar mereka.

“Kami adalah keluarga yang sangat sederhana. Orang tua saya bekerja keras di sawah untuk menanam padi dan jagung,” sebutnya.

“Kami tidak memiliki banyak hal – saya rasa mereka hanya mencoba mencukupi kebutuhan sehari-hari.”

Sebagai seorang anak, “The Black Komodo” sangat tergila-gila dengan seni bela diri dan sangat ingin menjadi seperti idolanya, Bruce Lee. Saat ia berusia 10 tahun, ia memulai perjalanannya dalam seni bela diri dalam turnamen silat dan kempo di ibukota Timor Leste, Dili.

Abro juga akan menemukan tinju dan grappling, maka kini sangat jelas bahwa satu hari nanti ia akan bertransisi ke seni bela diri campuran. Namun untuk melakukan hal tersebut, ia harus meninggalkan tanah kelahirannya dan pindah ke Indonesia.

“Sebelumnya, mereka hanya mengetahui tinju [di Timor-Leste]. Saya pergi ke Solo agar dapat lebih banyak belajar, karena saya selalu mencintai seni bela diri,” jelasnya.

“Orang tua saya menggunakan semua yang mereka miliki. Mereka membayar tiket pesawat dengan uang tabungan mereka. Mereka akan memberi apapun bagi anak-anak mereka.”

Ini adalah sebuah pertaruhan besar bagi sebuah keluarga yang “hanya hampir berkecukupan” menurut Abro, tetapi setelah beberapa waktu, hal ini pun terbayar.

Rumah Dan Mentor Baru

Saat berada di Solo, Abro mengasah kemampuan atletis dan pemikirannya saat bersekolah di Universitas Tunas Pembangunan, dimana ia berjuang meraih gelar olahraganya.

Di sanalah bakat kompetitifnya terlihat, dimana ia pun mengambil langkah pertamanya untuk menjadi atlet ONE Championship.

“Saat saya masih belajar di Solo, pelatih Yohan Mulia Legowo melihat bakat saya,” sebutnya.

“The Ice Man” adalah seorang pionir bela diri campuran Asia yang mencetak debutnya pada tahun 2002 dan masih aktif di dalam jajaran kompetitor ONE. Ia juga menjadi pelatih kepala untuk bela diri campuran di Han Academy, Solo.

Saat ia mengundang Abro dalam sesi sparring bersamanya, ia sangat kagum dengan atlet muda ini.

“Ia mengatakan saya sangat bagus, terlepas hanya memiliki teknik dasar,” kata atlet berusia 29 tahun ini.

“Saya rasa saat itu ia melihat semangat dan kemauan saya, serta meminta saya untuk bergabung [dengan timnya] karena ia melihat saya memiliki potensi. Saya menjadi seorang profesional setelah bergabung dengan Han Academy pada tahun 2013, walau saya telah menjalani beberapa laga resmi di universitas.”

Momen besar lainnya dalam hidup Abro juga terjadi di sasana, saat ia bertemu istrinya di sana.

Memimpin Gebrakan

Mimpi Abro saat dirinya memulai karier dalam seni bela diri campuran adalah untuk menyediakan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya.

Saat ia meraih awal yang sukses dalam kariernya dan menjadi juara bantamweight Indonesia, ia menginvestasikan sebagian uang yang ia dapatkan bagi masa depan saudara-saudaranya.

“Saya ingin meningkatkan penghasilan keluarga saya dan membantu adik-adik saya mengejar pendidikan mereka dan mengembangkan bisnis mereka sendiri,” sebutnya.

“Saya menyadari bahwa saya harus menyediakan [penghasilan] sebagai pencari nafkah di keluarga saya. Kini, mereka semua dapat bersekolah, dan sejak tahun 2017, saya memliki toko yang menjual peralatan olahraga di kota kelahiran saya, yang dijalankan oleh saudara-saudara saya.”

Ia juga berharap dapat menggunakan kemampuan dan pengaruhnya untuk membangun olahraga ini di komunitas kecil itu.

Dengan meneruskan pengetahuannya, ia berharap untuk dapat membantu orang lainnya mengikuti jejak yang dilaluinya dan beralih dari daerah pedesaan ke atas panggung dunia.

“Tidak ada atlet bela diri campuran [di Timor-Leste] kecuali saya, maka saya ingin banyak orang melihat apa itu seni bela diri campuran,” sebutnya.

“Saya telah membangun sebuah kamp pelatihan di kota kelahiran saya, dan beberapa orang pun telah bergabung. Kami ingin memulai beberapa ajang kecil. Awalnya, saya adalah satu-satunya pelatih, maka para murid seringkali berlatih sendirian. Sejauh ini, mereka hanya memiliki sedikit teknik, tetapi mereka sangat kuat.”

Panggung Dunia

Abro Fernandes IMGL9877.jpg

Abro mencetak sebuah awal yang fenomenal dalam karier profesionalnya saat ia memenangkan tujuh laga pertamanya – termasuk tiga dalam rangkaian turnamen delapan orang.

Ia adalah salah satu atlet yang paling menarik dalam sirkuit nasional, serta menangkap perhatian dari para penata tanding di ONE berkat lima kemenangan pada ronde pertama, serta rangkaian penyelesaian yang bervariasi, termasuk tiga TKO dan tiga submission.

Kini, saat dirinya tiba di “The Home Of Martial Arts,” Abro berharap bahwa paparan dan pemasukan yang diterimanya dapat membantu keluarganya dan para murid di tanah kelahirannya, namun tujuan utamanya adalah menjadi Juara Dunia pertama dari Timor Leste.

Ia mengetahui bahwa jalannya masih panjang untuk mencapai impian tersebut, tetapi ia dapat melangkah maju jika meraih kemenangan melawan Mangat di ONE: MASTERS OF DESTINY.

Dirinya mengharapkan laga keras, namun ia juga bersiap untuk memberi penampilan terbaik dalam kariernya agar dapat meraih kemenangan.

“Saya siap menghadapi versi terbaik dari Mangat. Saya meminta pelatih dan rekan satu tim saya untuk mendorong saya dengan keras,” tambahnya.

Kuala Lumpur | 12 Juli | 17:00 WIB | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/onedestiny19

Selengkapnya di Fitur

Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 21 scaled
Zakaria El Jamari Ali Saldoev ONE 166 39 scaled
Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50