Putri Padmi Maknai Perjuangan Kartini Sebagai Kebebasan Perempuan Untuk Memilih

Putri Padmi vs Colbey Northcutt_Edge of greatness

Satu dekade lalu, menyaksikan seorang atlet perempuan mengepalkan tinjunya dan memeras peluh di atas panggung seni beli diri campuran yang sama dengan para pria mungkin dianggap sebagai sebuah pemandangan asing.

Banyak anggapan bahwa tak ada tempat bagi kaum hawa untuk berlaga di setiap jengkal arena. Padahal, mimpi bukanlah belenggu. Mengekspresikan diri lewat olahraga bela diri – apapun disiplinnya – bukanlah hak eksklusif bagi golongan tertentu.

https://www.instagram.com/p/B-rNC2eFpce/

Kesetaraan tentang hak-hak perempuan di bumi pertiwi mengalami sebuah lonjakan besar bermula sekitar satu abad lalu, saat sosok R.A Kartini terlahir pada tanggal 21 April 1879 dan kemudian berjuang untuk memberi pilihan bagi perempuan dalam mengejar pendidikan.

Ada masa di mana edukasi menjadi sebuah privilese bagi pria. Pada era tersebut, menyediakan roda bagi perempuan untuk mengejar pendidikan dianggap hal yang tidak perlu.

Perjuangan tersebut telah menginspirasi banyak perempuan di seantero negeri, termasuk atlet andalan Indonesia Putri “Ami” Padmi, yang bisa mengejar mimpi hingga menjadi seorang juara kickboxing nasional dan bisa tampil di pentas dunia ONE Championship.

Putri Padmi vs. Colbey Northcutt Edge of Greatness.jpg

Menurut “Ami,” R.A Kartini adalah sosok yang mampu bergerak dalam sunyi di tengah berbagai rintangan yang ada pada saat itu. Pada masa di mana perempuan dianggap tak berdaya, merencanakan perubahan secara sunyi mampu memberi dampak yang lebih terasa.

“Untuk bisa berkomunikasi dengan sahabatnya di luar sana menggunakan surat, menunjukkan bahwa tekad dia tersampaikan sampai saat ini. Apa yang beliau lakukan dengan mengirim surat, dan tulisan-tulisan adalah tekad yang [terwariskan] sampai saat ini,” tuturnya.



Pejuang dalam olahraga berusia 26 tahun tersebut memahami bahwa anggapan konservatif tentang perempuan yang berlaga dalam ranah olahraga kombat masih ada dan menjamur.

Bahkan ia pun kerap mengalami cibiran atas apa yang ia arungi, termasuk dari lingkungan terdekat.

Ia tentu tak bisa mengontrol pikiran setiap orang, yang ia bisa adalah menunjukkan kesungguhan tentang apa yang sedang ia jalani.

“Dalam mengatasi stereotip atau stigma-stigma yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia, kita harus melihat tekad dan kesungguhan dari niat,” ungkap atlet yang berlaga dalam divisi flyweight ONE Championship ini.

“Jadi kalau misalnya seorang perempuan memiliki tekad dan niat, yang dilihat itu bukanlah hasilnya tapi tekadnya. Orang-orang akan melihat kesungguhannya secara tulus ketika dia berusaha.”

Ia bahkan kerap harus berlatih lebih ekstra dari rekan setimnya untuk membuktikan bahwa kerja keras merupakan hal yang bisa membawa pada kesuksesan, terlepas dari gender seseorang.

“Ami” mengungkapkan bahwa ia tidak tumbuh dalam keadaan yang serba menerima pilihan yang ia ambil, dan kerap menghadapi kendala sebagai seorang atlet perempuan.

“Ketika kita mau tanding, mulai dibandingkan dengan ucapan ‘kamu perempuan, harusnya begini, begitu,” ungkapnya.

“Saya tidak bisa menjanjikan kemenangan. Tetapi yang penting, saya tidak akan menyerah di atas ring. Apapun itu, saya tidak akan menyerah dan akan berusaha keras. Jadi saya tidak akan pernah membuat malu keluarga. Itu saja yang terus saya bilang,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

Putri Padmi vs. Colbey Northcutt Edge of Greatness 1.jpg

Sebagai atlet, pekerja dan juga mahasiswi yang sedang mengejar pendidikan magister di Universitas Indonesia, waktu berjalan terasa cepat baginya. Terkadang, ia harus mengerjakan banyak hal dalam satu waktu, dan beraktivitas hingga larut malam – hal yang dianggap tabu bagi perempuan.

Namun, ia tak membiarkan komentar atau anggapan negatif mengganggu fokusnya. Ada mimpi yang ingin ia raih, dan yang ia tahu, perlu tekad serta kegigihan untuk mewujudkannya.

“Sering ada pertanyaan kenapa saya pulang malam, tapi saya tidak menghiraukan yang seperti itu. Kalau menghiraukan hal sepele seperti itu, berarti tekadnya itu tidak ada apa-apanya,” tegasnya.

Baca juga: Hari Ini 2 Tahun Silam: Ketika Daya Tahan Adrian Mattheis Diuji Selama 3 Ronde

Selengkapnya di Fitur

Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled