Perjalanan Adrian Mattheis Yang Memberi Inspirasi Bagi Indonesia

Adrian Matheis ADUX67091

Adrian “Papua Badboy” Mattheis sedang menjalani misi untuk menjadi salah satu pahlawan bela diri yang paling terkenal dan inspirasional dari Indonesia.

Namun, kapanpun ia memasuki arena ONE Championship, ia memiliki tendensi untuk dibutakan oleh emosinya. Bahkan sebelum ia berkutat dengan lawannya, ia harus memerangi pikirannya sendiri.

“Saya menjadi gugup,” aku atlet berusia 24 tahun ini. “Saya tak dapat fokus atau mengendalikan perasaan saya.”

Mungkin itu berdasarkan satu alasan yang baik. Peperangan dalam dirinya itu mungkin dimulai ketika Adrian masih kecil dan masih bertumbuh dewasa di bagian timur Indonesia, akhir tahun 1990an. Saat itu, negara ini masih dilanda gejolak politik, dengan kekerasan agama terjadi di beberapa bagian khatulistiwa.

Adrian Matheis IMG_0284 e1494501997751.jpg

Saat itu, ketika ia masih tinggal di kepulauan Maluku, Adrian menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya dilihat oleh siapapun – apalagi seorang anak kecil. Keluarga Adrian yang beragama Kristen dan beberapa orang lainnya yang ada di komunitas dimana mereka tinggal dipersekusi karena keyakinan mereka.

Dalam ingatannya, ia menyaksikan langsung bagaimana sekelompok orang mengincar kakeknya. Pria itu sudah terlebih dahulu kehilangan kakinya setelah menginjak ranjau lama sebelumnya. Tetapi hal itupun tidak menyebabkan kelompok itu berempati, dimana mereka akhirnya mengambil nyawanya.

Adrian muda juga mengingat bagaimana ibunya langsung bertindak. Ia merenggut kakak perempuan dan dirinya, yang bahkan belum berusia 6 tahun, untuk melarikan diri. Secara luar biasa, mereka dapat jauh meninggalkan kelompok itu dan masuk ke dalam hutan.

Ketiganya akhirnya harus menemukan arah menuju sebuah kapal supaya mereka dapat menyeberang ke Papua, untuk berkumpul kembali dengan ayah Adrian.

“Itu sangat kacau. Kami berlari dari desa ke desa,” kenangnya.

Adrian Matheis IMG_0818.jpg

Adrian memang telah melihat sisi terburuk dari perilaku manusia, maka tidaklah mengejutkan bahwa perkelahian jalanan dan kenakalan sangat akrab dengannya saat ia beranjak remaja. Ia cepat mengakui bahwa dirinya adalah anak yang cukup liar. Namun pada tahun 2012, “Papua Badboy” mulai mengubah perilakunya, dan itu semua berkat seni bela diri.

“Bagi saya, seni bela diri bukan hanya tentang bagaimana cara untuk memukul dan menendang seseorang. Saya merasa seni bela diri itu lebih kepada cara mengendalikan diri, serta mengatur emosi dan pikiran anda. Itu mengajarkan saya untuk menjadi berani dalam tiap situasi, serta menjadi disiplin dan berpikiran terbuka. Semua ini saya dapatkan setelah memulai latihan bela diri untuk pertama kalinya,” jelasnya.

“Seni bela diri memberi banyak hal bagi saya. [Itu menjadikan saya] lebih sehat, lebih kuat, lebih tenang dan lebih dekat pada Tuhan. Seni bela diri membawa saya lebih dekat ke gereja dan agama saya, dimana bersama seni bela diri, saya dapat memberi sesuatu bagi ibu saya dan membuatnya bangga pada saya.”

Setelah mengembalikan dirinya ke jalur yang tepat melalui pelatihan bela dirinya, Adrian memutuskan untuk lebih lagi membanggakan orang tuanya dengan menjalani tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan mendaftarkan diri ke Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada tahun 2013.

Berada di kampusnya, fokus dari sekolah maritim ini memberi inspirasi pada nama sasana yang mengasuhnya: Tigershark Fighting Academy.

Adrian Matheis IMG_2132.jpg

Pelatih dan mentor atlet muda Indonesia ini tidak lain adalah mantan kompetitor divisi welterweight ONE Championship Zuli “The Shark” Silawanto, yang adalah salah satu pahlawan bela diri nasional pertama yang juga mengajar di sekolah itu.

“Empat tahun yang lalu, dalam pertemuan pertama saya dengan pelatih saya, Zuli “The Shark’ Silawanto, saya mengatakan padanya bahwa saya ingin menjadi seniman bela diri seperti dirinya. Saya mengatakan bahwa saya ingin berlaga di ONE Championship satu hari nanti,” kenang Adrian.

Ia adalah seseorang yang telah melatih saya, membimbing saya, memberi saya semangat, serta selalu dapat melihat keunggulan dan kekurangan yang akan menjadikan saya petarung yang lebih baik. Ia tidak hanya menjadi seorang pelatih, namun juga berperan sebagai orang tua dan guru bagi saya. Ia selalu memastikan bahwa saya dapat meraih mimpi saya.”

Mimpinya terwujud saat ia mencetak debutnya bersama ONE Championship di bulan Agustus 2016, dimana ia menaklukkan sepasang lawan dalam waktu dua menit untuk merebut kemenangan di Turnamen ONE Strawweight Indonesia. Namun, ia mengalami laga yang sulit dalam beberapa kali penampilannya.

Adrian Matheis ADUX6882.jpg

“Papua Badboy” kalah tiga kali berturut-turut dari beberapa atlet elit dalam divisinya, termasuk mantan Juara Dunia ONE Strawweight Dejdamrong Sor Amnuaysirichoke. Kurangnya pengalaman dan gejolak emosinya berdampak besar, namun pria yang baru saja lulus dari masa pendidikannya ini nampak telah menguasainya.

Bulan September lalu, dalam ajang ONE: TOTAL VICTORY, ia menampilkan rangkaian kemampuan dinamis saat melawan debutan Kamboja Phat Soda.

Adrian menunjukkan serangan keras, kemampuan luar biasa untuk keluar dari kuncian, serta pengetahuan luar biasa tentang teknik submissions, yang pada akhirnya memaksa lawannya tap-out pada ronde pertama melalui kuncian rear-naked choke di hadapan rekan senegaranya di Jakarta Convention Center.

Adrian Matheis ADUX6924.jpg

Tak lagi terhalang emosinya, Adrian dapat melepaskan potensi terbesarnya. Dan, dalam tiap kemenangan, ia bergerak mendekati seluruh tujuannya yang semakin berkembang itu.

“Saya ingin menjadi Juara Dunia dan memberi yang terbaik bagi keluarga dan negara saya,” tegasnya.

“Bagian timur Indonesia adalah kawasan yang keras. Pertarungan jalanan dan kekerasan sangat umum di sana. Saya termotivasi untuk menunjukkan pada mereka bahwa akan menjadi lebih baik dan lebih berguna untuk memiliki pencapaian dalam seni bela diri daripada bertarung di jalanan dan menyakiti orang lain.”

Selengkapnya di Fitur

Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled