Misi Raih Gelar Juara Dunia Bagi Indonesia Berlanjut Bagi Adrian Mattheis

Adrian Matheis IMG_0818

Adrian Matheis IMG_1986.jpg

Adrian “Papua Badboy” Mattheis telah bermimpi menjadi seorang seniman bela diri campuran sejak ia berkomitmen dalam olahraga ini hampir lima tahun yang lalu.

Walau karier profesionalnya baru saja dimulai, ia telah mengembangkan kemampuannya di Tigershark Fighting Academy di bawah bimbingan mantan kompetitor welterweight ONE Championship Zuli “The Shark” Silawanto.

Bagi prospek berbakat berusia 23 tahun ini, Zuli adalah figur yang lebih dari seorang pelatih. Faktanya, ia menjadi seorang mentor dan pahlawan bagi Adrian.

“Ia adalah seseorang yang telah melatih saya, membimbing saya, memberi saya semangat, serta selalu dapat melihat keunggulan dan kekurangan yang akan menjadikan saya petarung yang lebih baik,” jelas Adrian. “Ia tidak hanya menjadi seorang pelatih, namun juga berperan sebagai orang tua dan guru bagi saya. Ia selalu memastikan bahwa saya dapat meraih mimpi saya.”

Mimpi tersebut berlanjut Sabtu malam, tanggal 11 Maret nanti. Atlet yang tinggal di Jakarta, Indonesia akan kembali tampil dan melawan Juara Gulat Thailand Kritsada “Dream Man” Kongsrichai di ajang ONE: WARRIOR KINGDOM, yang disiarkan secara langsung di Impact Arena yang berlokasi di kota kelahiran lawannya itu, Bangkok, Thailand.

Kongsrichai memegang rekor 4-3 dan meraih tiga kemenangan beruntun yang impresif sebelum bertemu dengan mantan penantang gelar Joshua Pacio di ajang ONE: HEROES OF THE WORLD bulan Agustus lalu. Atlet strawweight Filipina itu mementahkan serangan awal dan mencetak submission pada akhir ronde pertama melalui kuncian rear-naked choke.

Atlet Thailand itu akan ingin kembali bangkit dan meraih kemenangan di depan para kompatriotnya, namun Adrian memiliki pemikiran yang berbeda.

“Saya melihat Kongsrichai sebagai seorang pegulat, sangat kuat dan mampu bertahan. Saya yakin ia pastinya akan mencoba menyeret saya ke bawah, namun semua teknik yang telah saya pelajari menjadikan diri saya lebih baik,” katanya. “Saya mengukur kekuatan saya dengan membandingkan lawan saya, dan saya melihat saya akan memenangkan laga ini.”

Adrian Matheis IMG_1992.jpg

Bagi atlet Indonesia ini, pertarungan selalu menjadi bagian dalam hidupnya. Sebagai anak dari pasangan petani dan pekerja di perkebunan kelapa sawit, Adrian bertumbuh besar di Papua, Indonesia. Walau ia sempat terlibat dalam beberapa perkelahian jalanan dan menemukan dirinya terlibat masalah, ia mengubah jalurnya setelah menyadari impiannya untuk menjadi seniman bela diri campuran pada tahun 2012.

“Saya memilih bela diri campuran karena saya menginginkan tantangan yang berbeda dalam seni bela diri, dan MMA membuktikan keberanian seseorang,” kata “Papua Badboy” yang segera berlatih di bawah asuhan pahlawannya, Zuli, di Tigershark. Ia pun menghabiskan beberapa tahun mempelajari berbagai disiplin, termasuk Yusikaindo, Brazilian Jiu-Jitsu, tinju dan judo.

Sebagai tambahan dari jadwal latihannya yang sangat padat, Adrian bersekolah di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta sejak tahun 2013 dan akan meraih gelar pendidikannya bulan Agustus ini. Ia memiliki komitmen untuk mendapatkan gelar ini karena ia ingin membanggakan keluarganya dengan pencapaian akademisnya juga.

Sementara ia menyelesaikan pendidikannya, ia dapat tenang karena mengetahui kariernya dalam olahraga tarung ini berada di posisi yang solid. Atlet muda ini mencetak debutnya bersama promotor bela diri campuran terbesar di Asia ini bulan Agustus lalu, di ajang ONE: TITLES & TITANS, sebagai partisipan dalam Turnamen ONE Strawweight Indonesia.

Ia berlaga dua kali berturut-turut malam itu, serta memenangkan tiap laga melalui TKO untuk meraih gelar juara turnamen.

Adrian Matheis IMG_0338.jpg

Tetapi Adrian sempat terhenti dalam laga selanjutnya. Bulan Januari ini, di ajang ONE: QUEST FOR POWER, ia melawan Rene “The Challenger” Catalan di hadapan rekan senegaranya di Jakarta Convention Center, namun ia membuka celah pada ronde kedua. Ia pun harus mengakui kekalahan pada laga perdana bersama organisasi ini setelah tap-out karena kuncian rear-naked choke.

“Saya melakukan sebuah kesalahan fatal dengan tidak bermain menurut game plan saya, karena saya gugup. Akhirnya, saya tak dapat mengendalikan diri dan emosi saya. Saya tidak mendengar instruksi pelatih saya dari pojok,” aku Adrian. “Itu adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga.”

Kini, dengan catatan rekor 3-2, Adrian akan maju ke dalam arena untuk menghadapi Kongsrichai di ajang ONE: WARRIOR KINGDOM Sabtu malam ini. Sementara ia memasuki daerah kekuasaan lawan, ia berencana untuk meninggalkan Impact Arena dengan sebuah kemenangan dan berharap menjadi inspirasi bagi sebuah perubahan besar di negaranya.

Adrian Matheis IMG_2132.jpg

Lagipula, ia telah mengalami kesulitan luar biasa dalam lingkungannya yang keras di Indonesia. Adrian meninggalkan perkelahian jalanan demi mendapatkan pelatihan bela diri dan kesempatan untuk berlaga dalam seni bela diri campuran.

Dengan terus meraih kemenangan di dalam arena, pria berusia 23 tahun ini yakin dirinya dapat memberi pengaruh positif untuk membantu mereka yang ingin mengubah hidupnya.

“Saya ingin menjadi Juara Dunia dalam bela diri campuran, serta memberi yang terbaik bagi keluarga dan negara saya,” tegasnya.

“Bagian timur Indonesia adalah kawasan yang keras. Pertarungan jalanan dan kekerasan sangat umum di sana. Saya termotivasi untuk menunjukkan pada mereka bahwa akan menjadi lebih baik dan lebih berguna untuk memiliki pencapaian dalam seni bela diri daripada bertarung di jalanan dan menyakiti orang lain.”

Selengkapnya di Fitur

Regian Eersel Dmitry Menshikov ONE Fight Night 11 37
Francisco Lo
Duke Didier Jasur Mirzamukhamedov ONE158 1920X1280 2
Kade Ruotolo Tommy Langaker ONE 165 29 scaled
Jin Tae Ho Valmir Da Silva ONE159 1920X1280 54
Denis Puric Nguyen Tran Duy Nhat ONE Fight Night 17 18 scaled
Tye Ruotolo Magomed Abdulkadirov ONE Fight Night 16 16 scaled
Izaak Michell ONE Championship
Alexis Nicolas Magomed Magomedov ONE Friday Fights 47 28
Jackie Buntan Martine Michieletto ONE Fight Night 20 6
NL 4601
DC 0682