‘Menjadi Contoh’ – Petarung Tak Terkalahkan Isi Fitikefu Ingin Beri Inspirasi Keluarga Dan Negara Asalnya Di ONE

IsiFitikefu 1200X800

Isi Fitikefu ingin menjadi panutan bagi para petarung lainnya setelah dirinya mengamankan posisi di atas panggung bela diri dunia.

Terlahir di Selandia Baru dengan darah Tonga yang ia banggakan, Fitikefu menjadi satu-satunya atlet yang mewakili tanah kelahirannya di Polinesia itu, serta berharap dapat memotivasi mereka yang menyaksikan saat ia mencetak debutnya di ONE Fight Night 4: Abbasov vs. Lee.

Jelang laga welterweight MMA dimana ia akan melawan seorang veteran, Ruslan Emilbek Uulu, pada Sabtu, 19 November 18, simak berbagai hal menarik tentang atlet tak terkalahkan berusia 30 tahun itu dan jalur yang ditempuhnya untuk berlaga di Singapore Indoor Stadium.

Dibesarkan Dalam Lingkungan Petarung Terkenal

Fitikefu terlahir dan dibesarkan di keluarga keturunan Tongan dalam daerah Mangere di South Auckland, Selandia Baru.

Itu adalah lingkungan keras yang mencetak beberapa ikon olahraga tarung, maka sangat penting bagi dirinya untuk dapat mempertahankan diri. Namun, pria muda ini terlalu pendiam untuk terlibat dalam seni bela diri campuran sejak usia muda.

Ia menjelaskan:

“Bertumbuh dewasa di Selandia Baru, saya memandang pria seperti David Tua dan Mark Hunt. Saya tak mengenal mereka, tetapi mereka bertumbuh dewasa di lingkungan yang sama, maka saya menjadikan pria seperti mereka sebagai panutan.”

“Sejak saya kecil, saya selalu ingin berlatih bela diri, namun saya terlalu pemalu. Saya tak bergabung dalam sasana tinju atau karate.”

Dari Rugbi Ke Seni Bela Diri

Fitikefu mendapatkan awalan dalam dunia atletik di olahraga rugbi. Seperti banyak orang Polinesia lain, ia adalah pemuda yang besar dan kuat, dan ini membawa kesuksesan bagi dirinya dalam olahraga kontak penuh ini.

Lalu, di usia 14 tahun, ia pindah ke Sydney, Australia demi mengejar impiannya bersama tim Liga Rugbi Nasional Cronulla-Sutherland Sharks, walau semua harapan itu akhirnya pudar saat ia harus tersingkir dari tim senior mereka beberapa tahun kemudian.

Walau ia kehilangan kesempatan dalam karier rugbi yang menguntungkan itu, Fitikefu meraih keyakinan yang dibutuhkannya untuk mencoba olahraga tarung – dan ia pun memulai perjalanan panjang ini:

“Saya memulai dengan jiu-jitsu. Lalu saya masuk ke tinju, kickboxing dan akhirnya di seni bela diri campuran.”

Kecintaan akan MMA dan olahraga tarung mendorong “Doxz” untuk memasuki pintu sasana pertamanya.

Dan, sementara ia tak mengharapkan akan menjadi seniman bela diri profesional, hari-harinya sebagai atlet rugbi kompetitif membawa dirinya untuk berpikir jauh lebih besar. Dan, saat ia mencicipi kesuksesan untuk pertama kalinya, ia tak dapat beralih.

Fitikefu berkata:

“Bertarung bukanlah selalu menjadi tujuan, namun saya suka berkompetisi. Dan, semakin banyak laga yang mulai saya menangkan, saya lebih yakin pada diri sendiri bahwa saya dapat mengukit karier dari ini. Mungkin, itu saat saya berusia 24 sampai 25.”

Melakukannya Untuk Keluarga

Sementara Fitikefu memiliki catatan rekor MMA profesional 7-0, itu tak menjadi jalur yang mudah. Dirinya memasuki jajaran profesional pada tahun 2015 dan memenangkan dua laga awalnya.

Namun, pemukul keras asal Selandia Baru ini memutuskan untuk beristirahat dari kompetisi dan terfokus pada pekerjaan hariannya agar dapat memindahkan dirinya, pasangannya dan anak-anaknya dari rumah mertuanya ke rumah mereka sendiri.

Setelah akhirnya mencapai tujuan itu, atlet berbakat ini melanjutkan kariernya pada 2017, dan ia yakin bahwa dengan mengatasi kesulitan seperti ini – dan masih mendorong maju – ia dapat menunjukkan jalur yang positif dalam hidup bagi anak-anaknya:

“Saya adalah seorang ayah, dan saya adalah pasangan bagi kekasih saya, Dipz. Saya punya tiga anak. Saya mencoba menghabiskan banyak waktu dengan mereka saat saya tak berlatih.”

“Itu tidak mudah, tetapi itu bagus. Anak-anak saya cukup tua untuk melihat apa yang terjadi. Mereka melihat kerja keras yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka, mereka melihat banyak hal, dan saya ingin memimpin dengan menjadi contoh.”

Jelas bahwa motivasi terbesar Fitikefu untuk terus bertarung berasal dari anak-anaknya.

Di atas segalanya, ia ingin mereka melihat dan mengerti bahwa dengan bekerja keras, segalanya itu mungkin.

Pria berusia 30 tahun ini berkata:

“Saya hanya ingin menjadi contoh yang baik bagi mereka. Karena, saya sendiri datang dari masa kecil yang sulit. Saya datang dari nol. Tapi bukanlah masalah dari mana anda datang.”

“Selama anda bekerja keras dan tetap rendah hati, anda dapat melakukan apa pun yang anda inginkan. Saya hanya ingin mengajarkan itu pada anak-anak saya.”

https://www.instagram.com/p/CfTLKHOJzMb/?hl=en

Membuka Jalur Bagi Tonga

Fitikefu kini memiliki panggung dunia untuk menunjukkan nilai-nilai dari kerja keras itu. Selain membuka jalur bagi keluarganya untuk meraih kesuksesan, ia juga dapat menjangkau lebih banyak lagi kompatriotnya dari Tonga.

Selain itu, petarung welterweight yang sangat santai ini tak hanya hadir untuk memberi sebuah laga yang bagus – ia ada di sini untuk menginspirasi dengan aksinya.

Fitikefu berkata:

“Saya ingin warisan saya adalah sebagai petarung terbaik, terutama bagi negara saya, Tonga. Kami dikenal dari liga rugbi, tetapi tak terlalu terkenal dalam olahraga tarung.”

“Kami negara yang kecil, tetapi sangat bangga. Jika saya dapat menjadi salah satu petarung terbaik dari generasi saya, saya akan senang.”

“Saya ingin memimpin dengan menjadi contoh. Tonga memiliki potensi menghasilkan banyak atlet bagus, tetapi tak terlalu banyak panutan. Jika mereka dapat melihat satu orang, satu anak Tonga yang dapat melakukan itu, maka seseorang akan mengikuti.”

Demi mencapai hal ini, kemenangan di ONE sangatlah krusial, dimana ia takkan menolak sebuah tantangan.

Debut promosionalnya itu akan tiba pada hari Jumat malam waktu A.S., atau Sabtu pagi waktu Asia di jam tayang utama Amerika Utara, dan Fitikefu ingin memastikan dasar yang kuat dengan meraih kemenangan dominan di Singapore Indoor Stadium.

Ia menambahkan:

“Bagi saya, tak masalah siapa pun lawannya. Beri saya laga itu, biarkan saya memukul dirinya, dan semua itu akan selesai dengan sendirinya.”

“Semakin anda menonton saya, semakin banyak yang dapat anda lihat. Banyak pukulan keras, banyak grappling bagus. Anda dapat mengharapkan laga yang bagus.”

“Pemikiran saya adalah untuk menyingkirkan pria ini. Pada [ronde] pertama, kedua, atau ketiga, itu tidak masalah. Tapi, ia takkan bertahan tiga ronde.”

Selengkapnya di Fitur

Sinsamut Klinmee Mouhcine Chafi ONE Fight Night 16 64 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled