Muay Thai Membantu Keluarga Superlek Sebelum Dirinya Meraih Kejayaan

Superlek DCIMGL0459

Sejak bergabung dengan ONE Championship di awal 2019, “The Kicking Machine” Superlek Kiatmoo9 telah bermimpi menjadi Juara Dunia ONE.

Pada hari Jumat, 11 September ini, ia akan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan perjuangannya saat ia melawan bintang Tunisia Fahdi “The Gladiator” Khaled di ajang yang sebelumnya telah direkam di Bangkok, Thailand, berjudul ONE: A NEW BREED II.

Jelang laga divisi flyweight ONE Super Series kickboxing ini, warga Buriram berusia 24 tahun ini mengenang awal mula perjalanannya dalam disiplin Muay Thai yang telah berakar – dan bagaimana olahraga itu mengubah arah hidupnya.

“Saya telah berlatih sejak saya berusia 7 atau 8 tahun,” katanya. “Keluarga saya adalah keluarga Muay Thai. Kakak-kakak saya, saudara-saudara saya, mereka semua adalah petinju.”

Salah satu saudara tersebut, seorang petarung bernama Panomrunglek Kiatmoo9 memberi inspirasi mendiang kakek Superlek untuk mendaftarkan “The Kicking Machine” dengan sasana ‘Pride Of Moo 9’ di Buriram.

“Kakek saya ingin saya berlatih seperti dirinya. Saya mengenal Muay Thai karena [Panomrunglek],” kata Superlek. “Saat saya melihat saudara-saudara tertua saya berlatih, saya merasa senang. Saya ingin menjadi seperti mereka.”

Sebagai tambahan mengikuti jejak keluarganya di dalam sasana, Superlek mulai berkompetisi seperti mereka di luar itu. Ia mencetak debutnya dalam disiplin Muay Thai di sebuah festival lokal, dan dengan itu, “The Kicking Machine” hanya semakin ingin berlaga.

“Ada sebuah ajang tinju di dekat rumah saya. Kakak-kakak saya membawa saya ke ajang itu, saya dapat bertarung dan menyukainya. Setelah itu, saya kembali untuk empat, lima laga berikutnya,” katanya.



Setelah beberapa kemenangan, Superlek menyadari bahwa olahraga ini dapat mengubah keadaan finansial keluarganya. Ia mendedikasikan hidupnya untuk menjadi seorang profesional dalam “seni delapan tungkai” dan segera mampu membiayai hal-hal mendasar yang seringkali tak terpenuhi oleh mereka yang tinggal di pedesaan Thailand.

“Saat saya berlatih secara serius, saya merasa dapat mengurus diri saya sendiri, menyekolahkan diri saya, serta membantu keluarga saya. Karena saat anda berlaga, anda dibayar – dan anda dapat mengurus diri sendiri,” katanya.

Tidak lama kemudian, pria asal Buriram ini mulai mendominasi dalam disiplin ini.

Ia meraih penghargaan “Sports Authority Of Thailand Fighter Of The Year” di tahun 2012, dua kali menjadi Juara Dunia Lumpinee Stadium, tiga kali menjadi Juara PAT Thailand, merebut gelar Juara Dunia WBC Muay Thai, serta menjadi Juara Muay Thai Nai Khanom Tom 2018.

Sepanjang perjalanannya, ia juga merangkum rekor profesional yang luar biasa, 125-28-2.

Rangkaian penghargaan tersebut memberi Superlek kesempatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya – dimana ia tetap bersyukur atas semua itu.

“Saya harus berterima kasih pada Muay Thai,” katanya. “Saya memiliki apa yang saya miliki karena Muay Thai. Itu membayar seluruh pendidikan saya sejak kecil, sampai pada gelar sarjana saya. Itu semua berkat Muay Thai.”

“Itu membantu saya membangun sebuah keluarga. Saya mengenal keluarga saya karena Muay Thai, dan keluarga saya telah bertahan sampai saat ini karena itu.”

Superlek tidak hanya dapat bertahan. Hari-hari ini, pria yang memiliki tendangan paling berbahaya dalam divisinya ini adalah penantang peringkat kedua divisi flyweight kickboxing dan Muay Thai di dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini.

Di dalam ring ONE, ia telah mengalahkan serangkaian atlet elit, seperti Lao Chetra dan Rui Botelho. Yang terbaru adalah penebusan dari tiga kekalahan atas rival lamanya “The Angel Warrior” Panpayak Jitmuangnon, dimana ia meraih kemenangan mutlak dalam ajang ONE: NO SURRENDER di bulan Juli.

Muay Thai fighter Superlek prays in the ring following his victory

Namun, Superlek memiliki sebuah mimpi lain yang ingin dicapainya untuk melengkapi perjalanannya dalam olahraga tarung ini – mimpi yang mengharuskannya berjaya atas Khaled, yang juga ingin mencetak nama besar dalam divisinya.

“Tujuan saya bersama ONE adalah untuk menjadi Juara Dunia. Saya ingin berkompetisi dalam [perebutan gelar] kejuaraan,” kata warga Buriram ini.

“Untuk dapat memegang gelar Kejuaraan Dunia dari ONE – itu adalah panggung kelas dunia dan tiap petarung menginginkan gelar ini.”

Baca juga: Fahdi Khaled Incar Kejutan Dalam Kickboxing: ‘Superlek Tak Membuat Saya Takut’

Selengkapnya di Fitur

Team Mongolia in Physical Asia
Yuki Yoza Superlek ONE 173 18 scaled
Numsurin Chor Ketwina Paeyim Sor Boonmeerit ONE Friday Fights 113 33 scaled
Stamp Fairtex Ham Seo Hee ONE Fight Night 14 2 scaled
RodtangSon
Stella Hemetsberger Chellina Chirino ONE Friday Fights 82 33
Rungrawee Sitsongpeenong George Jarvis ONE Friday Fights 85 6 scaled
Ekaterina Vandaryeva Martyna Kierczynska ONE Fight Night 20 38 scaled
Stamp Fairtex Ham Seo Hee ONE Fight Night 14 2 scaled
Yodthongthai Sor Sommai Aslamjon Ortikov ONE Friday Fights 78 27 scaled
Seksan Or Kwanmuang Asa Ten Pow ONE Fight Night 30 28 1 scaled
Nadaka Yoshinari Rak Erawan ONE 172 68 scaled