Liam Harrison Telah Meraih Segalanya – Kecuali Sabuk Emas ONE

Liam Harrison Yokkao 23 24 fighters 1

Liam “Hitman” Harrison (84-22-2) akan mencetak debutnya bersama organisasi bela diri terbesar di dunia ini pada tanggal 7 Desember dalam ajang ONE: DESTINY OF CHAMPIONS.

Atlet Inggris ini mengambil tugas berat untuk masuk ke dalam laga dengan pemberitahuan singkat, kurang dari satu minggu, untuk melawan Juara Dunia Muay Thai lainnya, Petchmorakot Petchyindee Academy, sebagai salah satu penampil utama dalam ajang akhir tahun di Kuala Lumpur, Malaysia itu.

Harrison dikenal oleh para penggemar Muay Thai sebagai pria yang delapan kali menjadi Juara Dunia, dan salah satu atlet tersukses dalam ‘seni delapan tungkai’ yang datang dari Inggris Raya. Ia adalah kompetitor yang sangat baik, dengan bertahun-tahun masa berlatih dan berkompetisi di Thailand, serta melawan atlet-atlet teratas di Tiongkok dan Jepang.

Namun, Axiata Arena akan menjadi arena baru bagi veteran Inggris ini, dimana ia sangat bersemangat menampilkan kemampuannya bagi para penggemar ONE Championship di seluruh dunia.

Jelang laga perdananya bersama “The Home Of Martial Arts,” mari kita ketahui segala sesuatu yang harus diketahui terkait Harrison dan kehidupannya di dalam ring.

Pendirian Yang Teguh

Harrison bertumbuh besar di Leeds, bagian utara Inggris, serta terlahir di dalam sebuah keluarga pekerja keras di lingkungan perumahan rakyat – sebagai bentuk perumahan yang didanai pemerintah – di dalam kawasan ini.

Kehidupan dalam lingkungan ini sangatlah keras, namun ia dapat mengatasinya dengan memiliki panutan-panutan yang sangat kuat.

“Saya juga memiliki orang tua yang luar biasa,” kata atlet berusia 33 tahun ini. “Ayah saya adalah seorang pekerja keras. Ia cukup keras saat itu dan memiliki reputasi tersendiri, namun segera setelah saya lahir, ia mengeluarkan segala sesuatu dari kepalanya.

“Jalanan itu cukup keras dimana saya bertumbuh besar. Jika anda tidak dapat berkelahi, anda akan dimakan hidup-hidup oleh beberapa anak-anak yang berada di sana.”

Untungnya, ia selalu memiliki olahraga sebagai fokus utama untuk menjauhkannya dari kesulitan.

Awalnya, itu adalah sepak bola. Seperti banyak atlet-atlet lainnya dalam area ini, hal terbesar yang memukaunya saat kecil adalah andalan kota ini – Klub Sepak Bola Leeds United.

View this post on Instagram

Really happy to announce liamharrisontraining.com is now live. Massive thanks to everyone who’s helped me out with this @glencordoza @andybadco @kate.stables and everyone who has given me any sort of advice or tips. Biggest shout goes to my web designer @markholmesphotography because I honestly think he’s done an amazing job. We have launched with over 100 videos with lots of different techniques and training ideas for you to play around with, but like I keep saying the content will be regularly updated with fresh new content from myself and also other world class fighters. Also this site is designed for people to learn so if you want a specific module or training regime or fight tactics etc don’t be afraid to ask. It will have weekly blogs, featured fighters and all sorts of other bonus content. With it being so fresh we are still working on things in the background so any issues please contact [email protected] . Those that registered for the early discount will receive a code via email shortly. I hope everyone enjoys the site and has fun practising the techniques and finds them all useful in training or fighting. I’m already looking forward to updating the site with a batch of new videos in a few weeks time ???????? #muaythai #liamharrisontraining #hitman

A post shared by Liam Harrison (@liambadco) on

Walau Harrison adalah sebuah pemain yang menjanjikan, ia memulai perjalanannya bersama Muay Thai saat berusia 13 tahun. Ia awalnya menjelajahi ‘seni delapan tungkai’ untuk mempertahankan diri, namun itu segera menjadi gairah utamanya.

“Saya belajar untuk bertarung karena hal-hal yang selalu terjadi di dalam perumahan saya, namun saya jatuh cinta dengan itu,” katanya.

“Yang lain mungkin akan berada di jalanan untuk menjadi nakal, mencari masalah dengan polisi. Saya hanya terus berlatih. Itu jelas menjauhkan dirinya dari masalah.

“Saya bermain sepak bola pada tingkatan yang sangat baik, namun saat saya memulai Muay Thai pada usianya yang ke-13, [Muay Thai] mengambil alih.”

“Saya tidak terlalu menyukai sekolah. Saya tidak benar-benar gagal, tetapi saya hanya duduk di dalam kelas bermimpi tentang sasana, atau laga saya berikutnya. Saya tidak peduli tentang hal lain.”

Harrison telah memiliki pendirian yang kuat — yang ia inginkan hanyalah untuk menjadi seorang atlet profesional di dalam ring. Orang tuanya menyadari semangatnya dan mengagumi komitmennya, oleh karena itu mereka mendukung sepenuhnya.

Awal Mula Kesempurnaan

Harrison menjalani laga amatir selama enam bulan, dimana kegembiraan terkait kemenangannya tidak seperti yang dirasakan sebelumnya. Ia sangat bersemangat untuk mengalami lebih dari sekedar skena amatir, dan menjelang ulang tahunnya yang ke-15, ia menjadi atlet profesional.

“Ketegangan itu tidak masuk akal. Itu adalah sesuatu yang sangat ingin saya lakukan. Saya kalah dalam satu laga dan berpikir, ‘Saya harus meluruskan itu,’ dan lalu saya melanjutkannya,” jelasnya.

Usia bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan, saat “Hitman” meraih 29 kemenangan beruntun di awal kariernya dan meraih berbagai gelar regional.

Ia tidak memiliki keinginan untuk melakukan hal-hal lainnya, namun ia tidak dapat langsung meraih kesuksesan dalam dunia bela diri. Ia harus menghabiskan waktu terbaiknya dalam satu dekade untuk bekerja dan mendukung kariernya, serta membangun resumenya di dalam ring sebelum ia dapat menjalani mimpinya secara penuh waktu dalam Muay Thai.

“Saat saya meninggalkan sekolah, saya menjalani berbagai pekerjaan supaya saya dapat membuka jalan saya,” jelas pria yang delapan kali menjadi Juara Dunia Muay Thai ini.

“Saya bekerja di supermarket, bekerja untuk ayah saya di pabrik besar, dan bahkan mengantar koran dan susu di pagi hari. Saya harus bangun pada pukul 3 pagi, bekerja sampai jam 8 pagi, tidur selama satu jam, lalu berangkat ke sasana. Saya akan pulang di malam hari, lalu tidur. Itulah hidup bagi saya.”

Kariernya sangat berkembang ketika ia mencetak nama baik bagi dirinya di Thailand, dimana ia hidup dan berkompetisi dari sasana Jitti Gym di Bangkok – menguji dirinya melawan atlet elit Thailand dan membentuk dirinya menuju karier penuh waktu.

“Akhirnya, setelah saya tinggal di Thailand selama beberapa waktu dan membangun nama saya, saya dapat mulai bekerja di sasana untuk melatih orang lain dan berkompetisi penuh waktu,” sebutnya.

“Itu butuh waktu cukup lama, tetapi seluruh pengorbanan yang saya lakukan itu sepadan karena saya dapat bangun di pagi hari dan mengharapkan hal itu, serta melakukannya seumur hidup saya.”

Terpatahkan Di Bangkok

Harrison membuktikan nilainya sebagai salah satu yang terbaik di dunia dan mencetak nama besar di Thailand, namun itu bukanlah perjalanan yang mulus. Ada beberapa waktu dimana ia hampir saja menyerah dan meninggalkan mimpinya.

Berlaga di tanah kelahiran Muay Thai dapat menjadi pekerjaan yang beresiko sangat tinggi.

“Latihannya sangat keras, tetapi saya menyukainya,” jelas pria Inggris ini.

“Namun karena saya masih membangun nama bagi diri saya sendiri, penghasilannya tidak bagus. Ada beberapa waktu dimana saya tidak memiliki apapun dan hampir terbang pulang. Jika anda tidak kuat secara mental seperti anda kuat secara fisik, maka anda mungkin harus menyerah.”

Ia harus gigih dan berjuang mengatasi rasa sakit, namun pada akhirnya, segala sesuatunya terbayarkan.

Muay Siam Magazine memilih Harrison sebagai “Foreign Fighter of the Year” pada tahun 2007 – sebuah kesaksian bagi pencapaiannya di Thailand, dimana ia memberi penghormatan tersendiri pada laga-laga yang dijalaninya di beberapa stadion terkenal Thailand, seperti Rajadamnern dan Lumpinee.

Menjadi Juara Dunia Delapan Kali

Harrison kini memiliki delapan gelar dalam kickboxing dan Muay Thai, termasuk Juara Dunia WBC dan WMC Muay Thai.

Ia meraih posisi pertama dalam divisinya di Inggris Raya selama lebih dari satu dekade, serta berkometisi melawan yang terbaik, termasuk atlet-atlet legendaris seperti Saenchai P.K.SaenchaiMuayThaiGym, Anuwat Kaewsamrit dan Sagetdao “Deadly Star” Petpayathai.

Ia pertama kali menjadi seorang Juara Dunia pada usianya yang ke-19, namun ia mengingat momen lainnya saat ia merasa bahwa dirinya telah memastikan posisinya di antara atlet elit lainnya.

“Setelah beberapa kemenangan di Thailand, saya menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang saya perhatikan di internet dan contoh, dan kini saya benar-benar melawan mereka,” katanya.

Posisinya dalam sejarah Muay Thai sudah dipastikan, namun kini perwakilan Bad Company ini memiliki motivasi meraih kesuksesan di atas panggung terbesar dalam kariernya – ONE Championship.

“Selalu terdapat hal-hal yang dapat menjadi target. Saya melihat gelar Juara Dunia ONE tersebut di atas panggung dunia,” tegasnya.

Selengkapnya di Fitur

Regian Eersel Dmitry Menshikov ONE Fight Night 11 37
Francisco Lo
Duke Didier Jasur Mirzamukhamedov ONE158 1920X1280 2
Kade Ruotolo Tommy Langaker ONE 165 29 scaled
Jin Tae Ho Valmir Da Silva ONE159 1920X1280 54
Denis Puric Nguyen Tran Duy Nhat ONE Fight Night 17 18 scaled
Tye Ruotolo Magomed Abdulkadirov ONE Fight Night 16 16 scaled
Izaak Michell ONE Championship
Alexis Nicolas Magomed Magomedov ONE Friday Fights 47 28
Jackie Buntan Martine Michieletto ONE Fight Night 20 6
NL 4601
DC 0682