Sekaranglah Saatnya: Tye Ruotolo Ungkap Mengapa Ia Siap Untuk Debut MMA Di ONE Fight Night 35
Setelah lama dinanti, Juara Dunia ONE Welterweight Submission Grappling Tye Ruotolo akhirnya akan menginjakkan kaki ke dunia MMA untuk pertama kalinya di ONE Fight Night 35: Buntan vs. Hemetsberger, yang tayang pada Sabtu, 6 September.
Jagoan berusia 22 tahun ini telah lama diakui sebagai atlet memukau dalam Brazilian Jiu-Jitsu yang dibuktikan dengan kiprah tak terkalahkan dalam delapan laga di organisasi seni bela diri terbesar di dunia selama tiga tahun terakhir.
Jelang menghadapi remaja tak terkalahkan Adrian “The Phenom” Lee dalam laga lightweight MMA di arena ikonis Lumpinee Stadium di Bangkok, Thailand, Ruotolo percaya bahwa sekarang adalah waktu yang tepat baginya untuk bertransisi.
Di sepanjang kariernya, keputusan atlet asal California ini banyak dipengaruhi faktor keluarga. Dengan sang saudara kembarnya, Kade, membuka jalan di lightweight, Tye memilih untuk naik divisi dan menguji kemampuan menghadapi lawan yang lebih besar dibanding berada di jalur yang sama dengan adiknya.
Ia menjelaskan:
“Saya selalu naik [kelas berat], dan karena saya juga punya adik kembar. Khususnya dalam beberapa tahun terakhir, saya bertarung di divisi yang lebih berat sementara dia berlaga di divisi yang ringan. Bobotnya sedikit lebih ringan dari saya sehingga itu juga jadi bahan pertimbangan. Karena saya seringnya menghadapi lawan yang lebih besar, saya jadi sedikit kecanduan.”
Awalnya, Tye ingin membiarkan Kade mendapat sorotan di lightweight. Sang saudara kembar, yang juga menyandang sabuk Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling, telah mencetak tiga kemenangan submission pada ronde pertama dalam MMA sejak bertransisi menuju olahraga ini pada tahun lalu.
Yang awalnya hanya sebagai pilihan taktis untuk menghindari bentrokan dengan sang adik, akhirnya berubah menjadi sebuah hobi yang menguji teori bahwa skil dan kemampuan bisa mengungguli berat badan semata.
Sang atlet Amerika menambahkan:
“Saya mulai menyukainya. Saya mendapatkan laga yang bagus dan juga berkesempatan untuk meraih [sabuk], dan bisa mengalahkan pria berbadan besar ini menjadi kepuasan tersendiri bagi jiwa saya. Jadi, saya memang senang naik divisi kapanpun saya mau.”
Pencapaian Ruotolo kini termasuk kemenangan atas beberapa nama besar, seperti mantan Juara Dunia dua divisi ONE Reinier de Ridder dan Juara Dunia ADCC berkali-kali Felipe Pena. Dalam setiap laga tersebut, terbukti bahwa ukuran dan berat badan bukanlah kendala.
Dengan pengalaman yang dimilikinya itu, Ruotolo merasa siap untuk membawa ketangkasannya dalam mengunci lawan ke dalam MMA. Untuk itu, ia siap untuk berlaga dalam lightweight, divisi yang cocok dengan berat alaminya.
Ia mengatakan:
“Sejak saya melawan orang-orang ini, saya sadar … semuanya bisa saya kalahkan. Dan itulah yang memotivasi saya untuk berhadapan dengan pria berbadan besar.
“Bahkan di ONE dan dengan menyandang sabuk di berar 185 [pound], saya masih beberapa pound lebih ringan. Dan saya perlu makan banyak untuk bisa berada di batas itu. 170 pound adalah berat yang lebih dekat dengan bobot ideal saya dibanding 185, jadi semuanya lebih mudah.”
Ruotolo Percaya Kemampuan BJJ Lee Tidak Setara Dirinya
Tye Ruotolo akan melakoni sebuah tantangan berat dalam laga MM profesional pertamanya di ONE Fight Night 35 pada 5 September. Ia akan menghadapi talenta tak terkalahkan yang ingin mengakhiri laga sesegera mungkin.
Adrian Lee, anggota termuda dari keluarga Lee yang tersohor, telah membuktikan kapasitasnya di organisasi seni bela diri terbesar di dunia berkat tiga kemenangan kuncian. Terlebih, ia selalu tampil impresif hingga meraih tiga bonus senilai 50.000 dolar AS (Rp1,6 miliar) dalam setiap kemenangannya.
Atlet 19 tahun asal Hawaii ini juga membuat sebuah prediksi berani dengan mengatakan bahwa kemampuannya dalam Brazilian Jiu-Jitsu setara atau bahkan lebih hebat dari Ruotolo, baik dalam MMA ataupun murni grappling.
Bahkan Lee mengatakan ia bisa mengunci Ruotolo.
Rasa percaya diri dari “The Phenom” mengundang tanggapan dari sang raja welterweight submission grappling:
“Sangat menarik, khususnya dalam MMA, karena saya tahu dia belum pernah melihat saya bertarung. Jadi, menarik sekali dia bisa mengatakan hal seperti itu. Yang pasti, dia akan terkejut.”
Meski memuji pencapaian Lee dalam arena regional seperti turnamen NAGA di Hawaii, Tye percaya bahwa dia dan saudara kembarnya, Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling Kade Ruotolo, sudah makan asam garam dalam kompetisi tingkat dunia.
Ia mengklaim bahwa pengalaman dini dalam kancah internasional telah memberinya fondasi yang kuat yang sulit ditandingi siapapun. Itulah mengapa ia yakin ada jurang yang cukup jauh yang membedakan dirinya dengan sang lawan.
Ia menjelaskan:
“Saya tahu dia telah memenangi banyak gelar NAGA di Hawaii, kan? Dia tentu telah memenangi berbagai kejuaraan NAGA di masa lalu. Saya dan adik saya juga ke sana, tampil dalam ajang NAGA, dan memenanginya. Lumayan berat.
“NAGA di Hawaii sudah seperti kejuaraan di sana karena tidak ada Kejuaraan [Dunia] di sana, kan? Jadi, itu seperti kompetisi terbesar di sana. Namun ujung-ujungnya, itu sangat jauh berbeda dari level yang saya dan adik saya miliki.”