Sebuah Jalan Tak Berujung Bagi Eko Roni Saputra

Eko Roni Saputra at ONE DAWN OF VALOR DC IMGL7003

Sebuah pepatah termasyhur berkata, “Tough times don’t last, tough people do,” dan ini menjadi landasan bagi Eko Roni Saputra  untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya.

Seluruh rintangan serta tantangan berat itu membentuk atlet divisi flyweight asal Kalimantan Timur ini menjadi dirinya yang sekarang, bergabung bersama organisasi bela diri terbesar di dunia dan menetap di Singapura.

Berlatih di salah satu sasana terbaik di dunia, Evolve MMA, serta berlaga di panggung dunia dengan jutaan penggemar bela diri yang menyaksikan dari seluruh dunia, adalah contoh kesuksesan yang dipetik pria kelahiran 2 Mei 1991 ini.

Namun jauh sebelum kesuksesan tersebut datang menghampiri, banyak tantangan yang mungkin akan mematahkan semangat juang seorang manusia biasa. Kenyataannya, Eko dapat melampaui semua kesulitan hidupnya dengan semangat juang dan sikap pantang menyerah yang dimilikinya.

Kini, karir bela dirinya – yang dimulai dari disiplin tinju dan gulat – mampu membawanya sejajar bersama para atlet kelas dunia lainnya.

Pertemuan Dengan Olahraga Gulat

Eko Roni Saputra bangga bisa kembali ke ONE Circle dan mewakili #TimIndonesia 🇮🇩 pada ajang ONE: DAWN OF VALOR!

Eko Roni Saputra bangga bisa kembali ke ONE Circle dan mewakili #TimIndonesia 🇮🇩 pada ajang ONE: DAWN OF VALOR!🗓: Jakarta | 25 Oktober | ONE: DAWN OF VALOR🎟: Dapatkan tiket anda di 👉 http://bit.ly/onedawnofvalor19📺: Minggu, 26 Oktober 2019, pukul 23.00 di SCTV📱: Saksikan di ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp👨‍💻: SIARAN LANGSUNG babak prelims di Facebook | Prelims + 2 pertandingan Kartu Utama LANGSUNG di Twitter🏷: Merchandise resmi 👉 http://bit.ly/ONECShop

Posted by ONE Championship Indonesia on Wednesday, October 23, 2019

Saat ia masih berusia 13 tahun, Eko berkenalan dengan olahraga gulat melalui ayahnya.

Walau merasa asing pada awalnya, karena ayahnya adalah seorang pelatih tinju yang sempat mengajarinya saat ia sedang bekerja, disiplin bela diri yang tak disukainya ini mampu merubah kehidupannya.

“Awalnya saya tidak suka cabang olahraga gulat, karena sejak kecil saya sudah diperkenalkan ke olahraga tinju oleh ayah,” kata Eko saat ditemui di Jakarta. “Jadi, di umur 13 tahun, ayah saya mengatakan, ‘sepertinya kamu lebih bagus di gulat’. Kemudian saya diantar KONI Samarinda.”

“Saat itu, ayah saya melatih tinju dan saya duduk-duduk saja melihat orang berlatih gulat. Lalu saya dikenalkan oleh pak Suryadi [pelatih gulat].”

Pertemuannya dengan olahraga gulat, dibawah bimbingan Suryadi, mengasah dirinya menjadi salah satu atlet muda menjanjikan dikancah gulat lokal. Ia pun menjuarai berbagai turnamen, mulai dari tingkat provinsi hingga kejuaraan nasional, yang menjadikan dirinya dilirik sebagai atlet berbakat Indonesia.

“Di provinsi Kalimantan Timur, saya belum pernah terkalahkan. Lalu, ada turnamen gulat terbuka di Bandung, Jawa Barat, jadi kami semua [atlet Kalimantan Timur] diberangkatkan untuk bertanding. Saya tidak membawa uang sedikit pun kala itu, ini adalah pertandingan pertama saya di luar kota,” kenangnya.

“Saya merasa senang karena dapat menjuarai kejuaraan tersebut, dan mendapat hadiah sebesar lima ratus ribu rupiah.”

“Umur saya waktu itu masih 14 tahun, dan yang membuat saya lebih termotivasi lagi – karena olahraga gulat – saya dapat naik pesawat terbang dan kereta api. Jadi, setelah kejuaraan itu, saya berpikir untuk berlatih lebih keras lagi.”

Jalan Panjang Menuju Tim Nasional Gulat Indonesia

Mengibarkan bendera Merah-Putih tentunya adalah cita-cita sebagian besar atlet yang berasal dari Indonesia, termasuk Eko. Melalui jerih payahnya, ia mampu menyabet medali emas dalam ajang terbesar di tingkat nasional, yaitu Pekan Olahraga Nasional [PON].

“PON pertama saya itu tahun 2008. Waktu itu saya mewakili Kalimantan Timur, dan provinsi saya menjadi tuan rumah PON di tahun yang sama. Saya masih berusia 17 tahun, masih berstatus sebagai pelajar di Sekolah Menengah Atas di Samarinda,” jelasnya

“Di PON tersebut saya mampu mendapatkan medali emas.”

Medali emas yang diraihnya menjadi jembatan untuk memasuki kancah yang lebih besar. Ia pun menjadi salah satu kandidat yang akan mewakili Indonesia di ajang olahraga terbesar Asia Tenggara, SEA Games 2009 di Laos.

“Setelah menjuarai PON, ada panggilan seleksi nasional untuk mewakili tim nasional Indonesia di Sea Games 2009 di Laos,” kata Eko. “Tetapi nama saya tidak dipanggil [untuk seleksi], padahal saya peraih medali emas PON dalam divisi 52 kg. Karena itu saya tetap berangkat ke Jakarta untuk seleksi, walaupun harus dengan biaya sendiri.”

Pengorbanan Eko saat itu pun tidak sia-sia. Ia berhasil lolos seleksi dan menjadi perwakilan tim Merah-Putih yang berlaga di perhelatan SEA Games Laos 2009. Di ajang ini, atlet berbakat ini berhasil mempersembahkan medali perunggu bagi tanah air tercinta.

Dari Samarinda Ke Panggung Dunia

Seperti yang sudah diduga, prestasi Eko di Sea Games Laos 2009 membuka mata dunia gulat Indonesia, dimana ia dijadikan perwakilan tetap provinsi Kalimantan Timur dan tim nasional gulat Indonesia.

Pada SEA Games di Myanmar, tahun 2013 lalu, pria kelahiran Samarinda ini berhasil menyumbang medali perak bagi Indonesia.

“[Sebelumnya] saya berhasil menyabet medali emas di PON Riau 2012 dan PON Jawa Barat 2016.” sebutnya.

Melalui seluruh prestasi tersebut, ia kembali menjadi anggota tim nasional dalam perhelatan olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Games 2018, yang diadakan di beberapa kota besar di Indonesia sebagai tuan rumah.

“Di Asian Games 2018, saya berhasil meraih peringkat ke-9.” kenang Eko, yang tidak menyangka bahwa sebuah peluang luar biasa tersedia bagi dirinya setelah ajang besar ini.

Eko Roni tidak menyangka bahwa ia dihubungi oleh Evolve MMA, yang mengajaknya bergabung sebagai salah satu atlet bela diri campuran untuk tampil bersama ONE.

“Salah satu karyawan yang bekerja di Evolve menghubungi saya, dan menawarkan saya berlatih disana. Kebetulan ada karyawan yang dapat berbahasa Indonesia,” katanya.

“Yang saya tidak duga, saya bertemu dengan CEO dan Chairman ONE Championship, Chatri Sityodtong. Saya diundang ke kantor pusat ONE Championship, dan esok harinya, Chatri datang saat saya menjalani uji latihan di Evolve.”

“[Di Evolve], saya diuji dalam tiap aspek bela diri campuran, seperti Muay Thai, tinju, Brazilian Jiu-jitsu dan lain-lain. Setelah itu, Chatri bertanya apakah saya mau beralih ke bela diri campuran.”

Ia tidak langsung menerima tawaran itu, karena menganggap bahwa dirinya harus terlebih dahulu berdiskusi dengan keluarganya. Ia kembali ke Indonesia dengan membawa misi baru – mengambil pilihan yang dapat mengubah kehidupannya.

“Setelah berpikir matang dengan istri saya, akhirnya saya memutuskan pindah ke MMA,” ungkap Eko, yang kini memiliki rekor profesional 1-1 di “The Home Of Martial Arts,” dan terakhir kali tampil dalam ajang ONE: DAWN OF VALOR di Jakarta.

“Kedepannnya, semoga saya akan mempersembahkan permainan yang jauh lebih baik dan lebih fokus.”

Baca Juga: Joshua Pacio Vs. Alex Silva, Serta Kembalinya Eduard Folayang Di Manila

Bersiaplah untuk gelaran perdana ONE Championship di tahun 2020, ONE: A NEW TOMORROW!

Selengkapnya di Bela Diri Campuran

Ben Tynan Duke Didier ONE Fight Night 21 29
Suriyanlek Por Yenying Tomyamkoong Bhumjaithai ONE Friday Fights 41 23 scaled
Eko Roni Saputra Hu Yong ONE Fight Night 15 28 scaled
Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Yamin PK Saenchai Joachim Ouraghi ONE Friday Fights 59 8
Yamin JoachimOuraghi 1920X1280
Adrian Lee
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
Superlek Kiatmoo9 Rodtang Jitmuangnon ONE Friday Fights 34 55
Victoria Souza Noelle Grandjean ONE Fight Night 20 9
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
Yamin PK Saenchai Zhang Jinhu ONE Friday Fights 33 29