Teriakan Pelatih Dibalik Kemenangan Beruntun ‘Papua Badboy’

Adrian Mattheis DC 3586

Adrian “Papua Badboy” Mattheis semakin menancapkan kakinya dijajaran elit atlet ONE Championship setelah kembali meraih kemenangan TKO dalam ajang ONE: MASTERS OF DESTINY di Kuala Lumpur, Malaysia, pada hari Jumat, 12 Juli lalu.

Kematangan Adrian terlihat jelas dalam laga divisi strawweight yang ke-11 bagi dirinya semenjak terjun ke dalam dunia seni bela diri campuran (MMA).

Menghadapi atlet muda berbakat asal Cina, Li Zhe, atlet berusia 26 tahun ini keluar sebagai pemenang pada menit ke 1:51 ronde kedua, sesuai janjinya sebelum laga.

Kemenangan krusial dalam karir “Papua Badboy” tersebut tak hanya memperpanjang angka kemenangan beruntunnya menjadi empat sejak bulan September 2018, namun juga menambah raihan penyelesaiannya menjadi delapan – terbanyak di divisi strawweight saat ini.

Sebagai atlet yang memulai debut di ONE tahun 2016 lalu, Adrian kini menjadi atlet Indonesia dengan angka kemenangan terbanyak di “The Home Of Martial Arts” bersama “The Terminator” Sunoto.

Keduanya mencetak delapan kemenangan, dimana Sunoto akan berharap untuk meraih kemenangan kesembilannya di ajang ONE: DAWN OF HEROES awal Agustus nanti.

Adrian Mattheis DC 9458.jpg

Sebagai atlet muda dan berbahaya, Adrian adalah salah satu petarung terbaik yang dihasilkan Tiger Shark Fighting Academy dan juga Indonesia. Kegesitan serta kelincahan Adrian di dalam ONE Circle tak dapat dilepaskan dari peran Zuli Silawanto, pelatih yang turut membesarkan namanya sejak awal karir.

“Bagi saya, coach Zuli sudah seperti orang tua sendiri, karena saya di Jakarta tinggal di asrama jadi memang jauh dari orang tua di Papua,” ujar Adrian yang saat ini menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Perikanan di Jakarta Selatan.

“[Coach Zuli] yang membina dan mendukung saya sampai saya seperti ini. Beliau yang bantu saya kejar punya mimpi.”

Sebelum mengejar pendidikan di Jakarta, Adrian lahir dan besar di Maluku. Setelah sebuah konflik meletus di tanah kelahirannya, Adrian mengungsi ke Papua bersama orang tuanya saat masih berusia enam tahun.

Demi meraih mimpi dan membanggakan orang tua, Adrian melanjutkan sekolah di Jakarta atas dorongan sang ibu. Bakat seni bela diri Adrian mulai tercium oleh Zuli, mantan petarung MMA yang juga merupakan pengajar di sekolah tinggi tersebut.

“Saya pernah bercerita pada coach Zuli, bahwa saya ingin seperti dia. Beliau bilang, saya harus buktikan dulu di latihan,” tutur Adrian.

“Dan juga saya ingin menjadi orang baik dan terbuka sama semua orang, seperti beliau, tanpa pandang suku dan agama. Beliau membina kami murid-muridnya dengan baik.”

Sejak mulai diasuh oleh coach Zuli, Adrian pun berusaha menunjukan keseriusannya. Ia tak segan menuruti perkataan sang pelatih dan melahap porsi latihan yang diberikan, meski dia terkadang merasa jenuh. Apalagi, coach Zuli terkenal tegas dan keras dalam melatih.

“Dia melatihnya galak, karena dia mau kita maksimal, dalam arti ketika bertanding, apa yang sudah diajarkan semua keluar,” ungkap Adrian.

“Kemenangan adalah bonus, tetapi kita harus mengeluarkan teknik yang baik. Kalau lagi latihan memang dia keras, tapi kalo lagi santai dia sangat santai.”

“Dia melatih kita sepenuh hati untuk membantu kita mengejar mimpi. Ketika Adrian dijadwalkan latihan jam 7 [pagi], sebelum itu dia sudah ada di tempat latihan. Itu berarti ia sangat tulus membantu kita.”

Adrian Mattheis YK4_7025.jpg

Adrian merasa beruntung berada di lingkungan yang mendukung, namun ia menyadari bahwa semuanya kembali pada keseriusan dia dalam menempa diri.

“Semuanya jadi tergantung pada kita. Coach Zuli punya peranan penting sekali dan dia yang cetak saya sampai seperti ini, tapi semuanya kembali ke [keseriusan] saya,” tambahnya.

Selain melatih di atas ring, sosok Zuli Silawanto juga terkadang berperan sebagai guru spiritual bagi Adrian. Salah satu pesan yang selalu dia ingat adalah untuk membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada siapapun yang memiliki niat untuk belajar.

Tak jarang, Adrian mendampingi juniornya yang sedang bertanding di berbagai kejuaraan seni bela diri.

“Dia bilang ilmu yang saya kasih jangan pelit-pelit buat kasih ke orang lain, karena ilmu yang kamu kasih ke orang akan jadi pahala buat kamu nanti. Sehingga ketika saya sudah tidak ada, amal baik saya tetap terus mengalir,” tutup Adrian bangga.

Selengkapnya di Fitur

Blake Cooper Maurice Abevi ONE Fight Night 14 41 scaled
Constantin Rusu Bogdan Shumarov ONE Fight Night 12 68
Kairat Akhmetov Reece McLaren ONE Fight Night 10 12
WeiRui 1200X800
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 12
Natalia Diachkova Chellina Chirino ONE Friday Fights 55 14
Sean Climaco
Nanami Ichikawa
Hu Yong Woo Sung Hoon ONE Fight Night 11 50
WeiRui 1200X800
Smilla Sundell Allycia Hellen Rodrigues ONE Fight Night 14 20 scaled
Halil Amir Ahmed Mujtaba ONE Fight Night 16 38 scaled